Demikian diungkap Irwin Day dari FTII yang menjadi juru bicara pernyataan bersama yang dikeluarkan Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL), Indonesia Data Center Provider Organizaton (IDPRO), Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), dan Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia (Aspiluki). Dia menduga adanya tekanan dan agenda asing yang ikut menumpang sehingga membuat Menkominfo Rudiantara dan Dirjen Aptika Semuel A Pangerapan bersikukuh melajukan revisi PP PSTE.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal "tekanan" asing, Irwin merujuk kepada pernyataan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sejumlah media, yang menyebut data center menjadi salah satu permintaan Amerika Serikat agar RI kembali fasilitas Generalized System of Preferences (GSP).
Baca juga: Ini Kata Microsoft soal Revisi PP 82 |
"Setelah investigasi lapangan, tak hanya 'Paman Sam' punya kepentingan soal draft revisi PP PSTE, Australia juga. Kita dapat info ada konsultan dari Australia suka sowan ke Kominfo dan beberapa kali diskusi intens soal draft revisi PP PSTE. Ini menyakitkan sekali karena pelaku usaha lokal malah tak diajak diskusi bahas itu draft," pungkas Irwin.
Simak video 'Soal Revisi PP PSTE, Kominfo Upayakan Sah Tahun Ini':