Flare muncul karena ada sinar dari sumber cahaya yang masuk ke dalam lensa secara langsung. Terutama saat kita membidik sumber cahaya seperti matahari atau lampu.
Jika tidak dikendalikan, flare bisa jadi membuat foto menjadi tidak tajam, tidak kontras, tidak tajam. Kali ini, saya ingin memberikan beberapa tips supaya flare bisa menambah sisi estetika sebuah foto dan apa saja yang mempengaruhi flare.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Setting bukaan / aperture lensa akan mempengaruhi bentuk dari flare. Semakin kecil bukaannya, misalnya f/8-16, maka ruas-ruasnya semakin banyak seperti bintang, sedangkan semakin besar bukaannya, misalnya f/1.4-2.8, maka sumber cahaya akan terlihat lebih bulat.
3. Karakter dan kualitas lensa dan sensor kamera juga akan menentukan bentuk dari flare. Kualitas lensa yang kurang baik biasanya membuat foto menjadi kurang tajam (bukan berarti jelek, tapi tergantung konsep yang diinginkan). Demikian juga jenis sensor kamera. Jika mengunakan sensor kamera yang unik maka pendaran flare bentuknya juga akan berbeda dengan kamera pada umumnya.
4. Untuk mengendalikan bentuk dan posisi flare, jangan segan-segan mengatur posisi kamera dan lensa, setiap kita memindahkan kamera, posisi flare juga akan berubah.
5. Flare akan tercipta jika ada sumber cahaya yang kuat, tapi jika matahari tertutup awan bagaimana? Solusinya adalah dengan mengunakan cahaya buatan seperti lampu flash atau lampu senter. Tempatkan di sela-sela benda sepertu pohon atau daun untuk mengendalikan penyebaran flare.
Lalu flare yang bagus yang seperti apa? Sebenarnya tidak ada flare yang bagus atau jelek, tapi yang perlu diperhatikan adalah apakah flare tersebut menambah nilai foto atau tidak? Dengan ada sedikit flare bisa menciptakan suasana foto yang lebih dramatis.
![]() |
![]() |
detikINET bulan ini adakan kuis fotostop dengan tema 'Mengejar Flare' yuk ikutan dan menangkan hadiah uang tunai Rp 500.000. Cek selengkapnya di sini.
(jsn/fyk)