Saturnus dikenal sebagai satu-satunya planet di Tata Surya yang memiliki cincin. Bukan hanya sebagai pemanis, ciri khasnya itu ternyata menjadi penyebab salah satu fenomena yang membuat para ilmuwan sampai mengernyitkan dahi mereka tanda kebingungan.
Nah, awal mula temuan anyar ini berawal dari berakhirnya misi Cassini usai mengobservasi planet itu selama hampir 15 tahun. Pesawat antariksa ini "bunuh diri" dengan menyelami atmosfer Saturnus. Sudah "mati", data yang dikumpulkannya tetap terekam untuk diteliti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, diketahui bahwa Saturnus ternyata dihujani oleh berbagai macam material dengan intensitas yang sangat tinggi. Tak tanggung-tanggung, total bobot material yang jatuh berkisar di antara 4.800 kg hingga 45.000 kg setiap detik.
Sebelumnya, para ahli astronomi memang sudah memperkirakan cincin Saturnus memang menghujani planet tersebut dengan air es. Menariknya, temuan ini menunjukkan bahwa bukan cuma air es yang turun ke atmosfer Saturnus.
Walau begitu, air memang jadi komponen paling besar dengan mencakup sekitar 24% dari total material yang ditumpahkan cincin Saturnus. Selain itu, ada karbon monoksida (20%), metana (16%), amonia (2,4%), dan karbon dioksida (0,5%). Sedangkan sisanya adalah nanopartikel organik.
Linda Spilker, salah satu ilmuwan yang tergabung dalam misi Cassini, mengatakan bahwa penemuan ini sangat mengejutkan. Hal tersebut lantaran hasil observasi jarak jauh terhadap cincin Saturnus menunjukkan bahwa secara keseluruhan objek tersebut terdiri dari air es.
Sedangkan menurut Jeff Cuzzi, salah satu peneliti satelit dari NASA yang bertanggung jawab atas temuan ini, mengatakan bahwa radiasi bisa jadi penyebab munculnya fenomena aneh tersebut. Terlepas dari itu, ia turut takjub dengan jumlah material yang jatuh ke atmosfer Saturnus.
"Massa material yang dihujani ke planet tersebut sangatlah besar," ujarnya, sebagaimana detikINET kutip dari ScienceNews, Senin (8/10/2018).
Satu ilmuwan lain yang terlibat dalam penelitian ini, Hunter Waite dari Southwest Research Institute, San Antonio, Amerika Serikat, mengatakan bahwa material tersebut muncul dari material yang melapisi Saturnus itu sendiri. Selain itu, ia juga menyebut bahwa temuan ini dapat mengubah pemahaman terhadap karbon dan nitrogen di dalam atmosfer Saturnus.
Tonton juga '13 Tahun Emban Misi di Saturnus, Pesawat Ruang Angkasa Cassini Pensiun':
(mon/krs)