Adalah Chief Privacy Officer Google Keith Enright yang mengakui keberadaan proyek tersebut. Namun ia mengaku tak mengetahui hal apa yang dikerjakan Google dalam proyek tersebut, demikian dikutip detikINET dari Ubergizmo, Kamis (27/9/2018).
"Saya tidak jelas tentang kontur yang ada di dalam ruang lingkup atau di luar lingkup proyek tersebut," ujar Enright saat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberadaan mesin pencari ini mendapat protes dari sejumlah pihak, termasuk dari pihak internal Google. Sejumlah karyawannya memprotes keputusan Google dalam membuat mesin pencari yang bisa disensor oleh pihak pemerintah.
Memang hal ini masih sebatas rumor, karena Google secara resmi belum mengkonfirmasi rencana mereka untuk kembali hadir di China. Namun kabarnya prototipe mesin pencari itu sudah mulai diuji.
Dragonfly didesain untuk bekerja di perangkat Android. Google membuatnya sedemikian rupa agar tak menampilkan konten yang tak mendapat restu dari pemerintah China. Konten yang dimaksud antara lain adalah yang terkait dengan demokrasi, kebebasan berpendapat dan protes.
Tak cuma itu, hasil pencarian pengguna melalui Dragonfly juga akan tersimpan dan terhubung dengan nomor telepon si pengguna. Artinya, orang-orang yang mencari informasi "terlarang" melalui Dragonfly bisa ditangkap oleh pemerintah China jika mereka mendapat akses informasi nomor telepon tersebut dari Google.
"Kami sudah berinvestasi bertahun-tahun unutk membantu pengguna di China, dari mengembangkan Android, melalui aplikasi mobile seperti Google Translate dan Files Go, dan juga alat pengembang kami. Namun pekerjaan kami pada mesin pencari masih berada dalam tahap eksplorasi, dan kami belum akan meluncurkan mesin pencari di China," tulis Google dalam penyataan resminya.
Tonton juga 'Cihuy! Google Rayakan Eksistensi 2 Dekade dengan Animasi':
(asj/krs)