"Kita melihat dari topografi negara kita yang kepulauan, sehingga di sini dibutuhkan jaringan untuk bisa menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia. Tidak mungkin hanya mengandalkan jaringan serat optik," ungkap Vice President Corporate Communication Telkom, Arif Prabowo, kepada media Indonesia di Miami, Amerika Serikat.
Ia memaparkan, kondisi wilayah Indonesia memang berbeda dari negara lain karena merupakan kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau. Telkom ingin semua wilayah bisa mendapatkan akses informasi sehingga peran satelit amat dibutuhkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peranan satelit ini sangat penting karena ada (daerah-red) yang susah dijangkau dengan fiber optik dan terestrial lainnya," tambah dia.
Arif melanjutkan, permintaan akan layanan satelit cukup besar di Indonesia yang sebagian masih disuplai dari satelit asing. Sehingga potensi bisnis satelit cukup bagus untuk menambah revenue Telkom, termasuk dengan merambah ke negara-negara lain.
"Telkom sudah punya footprint di negara lain, bisnis internasional kita sudah jalan. Khusus untuk satelit ini selain Asia Tenggara juga cover Asia Selatan sehingga kita punya peluang memperkuat bisnis kita di luar Indonesia," sebutnya.
Satelit Merah Putih akan memperkuat bisnis satelit Telkom yang sebelumnya telah mengoperasikan satelit Telkom-2 dan Telkom 3S.
Memiliki kapasitas 60 transponder aktif yang terdiri dari 24 transponder C-Band dan 12 transponder Extended C-Band, satelit Merah Putih akan melayani wilayah Indonesia dan Asia Tenggara. Sedangkan 24 transponder C-Band lainnya akan menjangkau Kawasan Asia Selatan.
Satelit tersebut diterbangkan menggunakan roket Falcon 9 yang merupakan terobosan teknologi karena dapat digunakan berulang kali. Adapun berat totalnya adalah 5,8 ton di mana 3,8 ton di antaranya adalah bahan bakar.
Mengandalkan platform SSL 1300 dengan usia desain 16 tahun, satelit Merah Putih akan ditempatkan di slot orbit 108 derajat bujur timur. Nantinya, ia akan menggantikan Telkom 1 yang masa aktifnya masih bertahan sampai 2022. (rns/rns)