Dr Daniel Freeman, seorang profesor psikologi, mengembangkan teknologi VR untuk terapi sejak 2001. Kini ia bersama Oxford VR, sebuah perusahaan spin off dari Universitas Oxford, membuat program terapi exposure VR.
Program VR ini mengembangkan sebuah terapis virtual bernama Nic, yang bisa menemani pasien fobia selama program VR ini berjalan, dan menyesuaikan terapi yang diberikan sesuai dengan kondisi si pasien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam program terapi ini, si pasien pertama akan diposisikan di sebuah mal, dan mereka akan diminta untuk melakukan sejumlah aktivitas untuk melawan ketakutan mereka, seperti perlahan-lahan naik ke lantai 10 di mal virtual tersebut.
Nic dilengkapi program pengenalan suara, jadi ia bisa berinteraksi dengan pasien, seperti bertanya apakah si pasien masih berani untuk naik ke lantai yang lebih tinggi, atau apakah mereka ingin mengulangi sebuah aktivitas tertentu. Nic pun bisa bertanya tingkat ketakutan si pasien dengan skala 1 sampai 10.
![]() |
Aktivitasnya tak cuma itu, ada juga aktivitas di mana pasien diminta untuk menyelamatkan seekor kucing yang ada di atas phon, atau bermain xylophone yang berada di pinggiran jalan, atau memetik apel virtual dari pohonnya.
Menurut Dr Freeman, efek gembira yang ada di dunia VR membuat program ini menjadi efektif, karena si pasien bisa diminta untuk melakukan aktivitas yang biasanya tak mereka lakukan di dunia nyata.
Baca juga: XR1 Jadi Chip Khusus AR/VR dari Qualcomm |
"Anda melakukan hal yang tak mungkin anda lakukan di dunia nyata. Jadi ketika anda melakukan aktivitas yang lebih normal di dunia nyata, anda akan merasa nyaman ketika melakukannya," ujar Dr Freeman.
Lebih lanjut, menurut Dr Freeman, lingkungan yang ada di dunia VR memberikan rasa nyaman kepada pasien karena mereka merasa tak merasa terancam, namun ini cukup untuk memicu gejala dari fobia mereka.
Dalam hasil uji klinisnya yang pertama, program buatan Dr Freeman ini mendapat hasil yang bagus. Para partisipan yang mengikuti program ini setidaknya sudah 30 tahun melakukan terapi untuk mengobati fobianya itu.
Dan hanya dengan terapi VR selama dua jam yang terbagi dalam lima sesi, mereka merasa ketakutan akan ketinggiannya sudah berkurang, rata-rata sebanyak 68%, demikian dikutip detikINET dari Business Insider, Jumat (13/7/2018).
(asj/afr)