Sebelumnya dilaporkan, karena menjual barang secara ilegal ke Iran dan Korea Utara serta tidak menghukum pegawai yang terlibat, selama 7 tahun ke depan ZTE dilarang menggunakan teknologi AS yang sangat penting di produk mereka, salah satunya pasokan chip.
Secara rinci, ZTE tak dapat menerima barang atau teknologi dari pemasok chip Qualcomm, Intel dan Micron Technology, juga komponen optical dari Maynard, Acacia, Oclaro, Lumentum sampai software buatan Microsoft dan Oracle serta kemungkinan sistem operasi Android.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bisa dibayangkan, bagi perusahaan yang sangat bergantung pada prosesor dari AS seperti Qualcomm, sanksi ini merupakan pukulan yang berat. Meski demikian, China berupaya mencari jalan keluar untuk melalui badai ini.
Dikutip detikINET dari Reuters, Minggu (22/4/2018), China saat ini sedang dalam proses meningkatkan produksi pasar semikonduktor. Pekan ini, pejabat senior China mengagendakan pertemuan penting dengan para pemangku kepentingan di industri ini, untuk mengebut rencana agresif produksi chip.
Memang, saat ini pelarangan tersebut ditujukan pada ZTE seorang. Namun bukan tidak mungkin AS memperluasnya ke perusahaan asal Negeri Tirai Bambu lainnya, sehingga China sudah mengantisipasi hal ini.
China sendiri tidak sepenuhnya nol jika berbicara soal industri semikonduktor. Negara ini juga punya ambisi bisa mencapai produksi chip domestik sebesar 40% di 2025. Kasus ZTE agaknya menjadi momentum bagi China agar mantap melepaskan ketergantungannya kepada AS. (rns/rns)