Serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat, dengan bantuan dari Inggris dan Prancis, terhadap Suriah memunculkan nama Tomahawk sebagai salah satu rudal yang mencuri perhatian.
Berdasarkan keterangan dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, misil tersebut merupakan yang paling banyak digunakan dalam penyerangan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: AS Beberkan Rudal yang Bombardir Suriah |
Tomahawk merupakan ciptaan Raytheon, perusahaan yang fokus pada pertahanan nasional dan keamanan siber. Misil yang ditanamkan GPS akurasi tinggi ini bisa ditembakkan dari kapal laut maupun kapal selam dengan kecepatan mencapai 890 kilometer per jam.
Misil yang sudah mulai beroperasi sejak 1983 ini memiliki bobot 1.300 kilogram, panjang 5,56 meter, serta hulu ledak seberat 450 kilogram. Sebelumnya, Tomahawk sempat diamunisikan dengan tenaga nuklir, namun kini diganti menjadi peledak konvensional.
Versi terbaru dari misil tersebut, Tomahawk Block IV, bahkan memiliki sistem hubungan data dari satelit dua arah bernama Tactical Tomahawk Weapons Control System (TTWCS) yang memungkinkannya untuk mengubah sasaran walaupun sudah ditembakkan.
Dalam situs resminya, Raytheon menyebutkan bahwa Tomahawk sudah ditembakkan lebih dari 2.000 kali oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Ke depannya, pihak Raytheon dan Angkatan Laut Amerika Serikat tengah mengembangkan misil tersebut dengan jaringan komunikasi yang lebih baik, hingga kemampuan untuk mengincar target bergerak di laut maupun di darat dalam kondisi gelap dan cuaca buruk sekalipun. (rou/rou)