Space Launch System (SLS) adalah sebuah roket yang diperuntukkan oleh NASA dalam menjalani misi ke Bulan, Mars, atau lebih jauh lagi, baik tanpa awak maupun belibatkan kru dan/atau kargo.
Roket yang mulai dikembangkan pada 2010 lalu ini digadang-gadang dapat menjadi roket terkuat saat nanti beroperasi, mengalahkan Falcon Heavy milik SpaceX.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanda-tanda nama SLS akan menjadi besar pun sudah terlihat saat roket ini menjalani uji coba salah satu mesinnya, yang mampu mencapai level dorongan hingga 113%, seperti detikINET lansir dari Futurism, Rabu (28/2/2018).
Hal tersebut berarti hasil modifikasi dari mesin RS-25 berhasil melewati batas level dorongan dari versi orisinalnya sebesar 13%.
Untuk mendukung peluncuran SLS di masa yang akan datang, NASA turut memodifikasi landasan pacu agar dapat memadai penerbangan roket tersebut, yang menghabiskan biaya sekitar USD 1 miliar.
NASA menjadwalkan peluncuran perdana SLS pada 2020 mendatang untuk menjalankan misi perdananya dengan tajuk Exploration Mission 1.
Dalam misi tersebut, SLS akan menerbangkan kapsul tanpa awak yang akan mengelilingi Bulan. Ke depannya, SLS akan disiapkan untuk menjelajahi permukaan Bulan, Mars, dan kawasan di antariksa yang lebih jauh lagi.
SLS Vs Falcon Heavy
Jika dibandingkan dengan Falcon Heavy, SLS memang memiliki sejumlah keunggulan dari sisi fisik dan kekuatannya.
SLS (97 meter) memiliki ukuran yang lebih tinggi dibanding Falcon Heavy (70 meter). Selain itu, dalam urusan bobot muatan yang dapat dibawa ke orbit rendah Bumi, SLS juga unggul dari Falcon Heavy, dengan masing-masing dapat membawa kargo hingga seberat 77 ton dan 70 ton.
Bahkan, pengembangan yang akan dilakukan selanjutnya dapat membuat SLS mampu mengangkut muatan hingga 130 ton ke orbit rendah Bumi dan memiliki tinggi hingga 117 meter.
Meski begitu, Falcon Heavy masih unggul dalam soal efisiensi. Dalam konferensi pers pasca peluncuran Falcon Heavy, Elon Musk selaku CEO SpaceX mengatakan bahwa perusahaannya membutuhkan dana sekitar USD 500 juta untuk melahirkan roket tersebut.
Sedangkan dalam laporan dari NASA Office of Inspector General pada April 2017, badan antariksa Amerika Serikat ini diprediksi akan menghabiskan sekitar USD 23 miliar selama proses pengembangan SLS hingga akhir tahun ini.
Satu lagi, Falcon Heavy memiliki kapasitas yang memungkinkannya untuk digunakan kembali, sedangkan SLS tidak. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada biaya satu kali peluncuran SLS nantinya. (fyk/fyk)