Dikutip detikINET dari Reuters, China Securities Regulatory Commission (CSRC) menyatakan, pendiri dan Chief Executive LeEco, Jia Yueting, harus kembali ke China sebelum 31 Desember 2017 untuk memenuhi kewajibannya.
Jia sangat ambisius mengembangkan LeEco, tidak saja di bisnis smartphone tapi juga hiburan dan mobil listrik. Tapi ujung-ujungnya, LeEco kehabisan uang dan terjerat utang yang belum terselesaikan sampai sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perusahaan yang Anda kendalikan memiliki utang sangat besar pada perusahaan terdaftar dan belum dikembalikan. Hal ini secara serius merusak hak-hak legal mereka," demikian pernyataan CSRC.
Jia sudah masuk daftar blacklist oleh pengadilan China karena dianggap tak mampu bayar utang. Ia mengundurkan diri dari jabatan CEO Mei lalu, tapi masih menempati posisi Chairman. Kepada para pemegang saham, dia mengakui LeEco mengalami masalah keuangan lebih buruk dari yang diperkirakan.
Siapa sangka ia kini bernasib malang setelah jadi bintang karena membuat LeEco sempat dianggap salah satu perusahaan China paling potensial. LeEco sebelumnya dikenal sebagai Netflix-nya China, yakni perusahaan layanan streaming konten sekaligus membuat konten sendiri. Dalam perkembangannya, LeEco merambah bisnis lain termasuk smartphone.
Selanjutnya, LeEco bersaing dengan perusahaan seperti Apple, Samsung, bahkan Tesla, karena bisnisnya mulai bercabang ke hardware termasuk smartphone, smart TV dan mobil listrik. Tapi karena terlalu agresif, LeEco malah terpuruk. (fyk/fyk)