Prancis langsung memborbardir markas ISIS yang diduga dalang serangan mengerikan di jantung kota Paris. Memakai jet tempur canggih andalannya, Dassault Rafale, Prancis menyerang ibukota de facto kelompok ISIS di Suriah, Raqa.
Sebanyak 12 pesawat tempur Prancis menjatuhkan 20 bom ke target. Pesawat-pesawat itu terbang dari Yordania dan Uni Emirat Arab. Pergerakan ini dikoordinasikan dengan pasukan Amerika Serikat.
"Target utama yang dihancurkan digunakan oleh ISIS sebagai pos komando, pusat perekrutan jihadis dan depot amunisi. Target kedua dipakai para teroris sebagai kamp pelatihan," kata Menteri Pertahanan Prancis, Jean-Yves Le Drian, yang dikutip dari AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rafale sendiri adalah jet jenis multirole fighter aircraft yang diproduksi Dasasault Aviation. Diterbangkan pertama kali pada tahun 1986 dan telah beberapa kali mengalami upgrade, Rafale digunakan oleh Angkatan Udara beberapa negara selain Prancis, misalnya AU mesir dan AU Qatar.
Hampir semua teknologi Rafale dirancang sendiri oleh Prancis. Pesawat tempur yang sering dibandingkan dengan Eurofighter Typhoon ini telah beroperasi di beberapa medan perang, termasuk di Afganistan, Libya, Mali, Irak dan Suriah.

Prancis tampaknya tidak main main lagi menggempur ISIS karena mereka juga mengirimkan kapal induk Charles de Gaulle. Kapal induk yang mampu menampung puluhan pesawat jet ini akan bertolak menuju teluk Persia pada 18 November mendatang dari kandangnya di Toulon, Prancis.
"Mereka akan bertolak dari Toulon dalam beberapa hari mendatang dan akan tiba di Teluk Persia di pertengahan Desember. Operasional kapal induk Charles de Gaulle adalah untuk mendukung serangan terhadap ISIS dan sekutunya," ucap juru bicara pemerintah Prancis, Stephane Le Foll.
Kedatangan Charles de Gaulle diharapkan menambah daya gempur Prancis untuk balas dendam serangan teror di Paris. Charles De Gaulle adalah kapal induk terbesar di Eropa barat, bertenaga nuklir dan saat ini adalah satu satunya kapal induk yang dimiliki Prancis.
(fyk/ash)