Path, Perjudian Bakrie di Bisnis OTT?
Hide Ads

Path, Perjudian Bakrie di Bisnis OTT?

- detikInet
Senin, 13 Jan 2014 18:18 WIB
Path, Perjudian Bakrie di Bisnis OTT?
Jakarta - Path, aplikasi social media yang sedang booming saat ini setelah era Facebook dan Twitter, telah berhasil membuat Bakrie kepincut dan tertarik menanamkan modalnya dalam jumlah yang sangat besar.

Seperti diketahui, Bakrie melalui Bakrie Global Group telah menginvestasikan dananya senilai USD 25 juta atau setara Rp 304 miliar. Jumlah ini setara 38,5% dari total investasi yang masuk ke Path sejak 2011.

Banyak yang terkejut dengan aksi korporasi Bakrie ini mengingat salah satu lini usahanya di bisnis telekomunikasi, Bakrie Telecom, tengah kelimpungan dengan hutang Rp 9,4 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah perjudian? Simak analisa berikut ini.


1. Sinyal Bakrie Dekati Path

Sinyalemen untuk mendekati Path ternyata juga sudah pernah sedikit disinggung Bakrie tahun lalu oleh Presiden Direktur Bakrie Telecom, Jastiro Abi, di sela paparan publik di Jakarta.

Menurutnya, salah satu strateginya untuk menggenjot layanan data adalah dengan cara penambahan pelanggan baru dengan program over the top (OTT). Namun tak ada yang menyangka, OTT yang dimaksud adalah Path.

"Kami ingin aktif lagi di pasar agar pada 2015 kontribusi layanan data bisa mencapai 50% bagi omzet. Kami juga akan memiliki produk OTT sendiri atau bekerja sama dengan existing OTT. Jika bekerja sama dengan OTT, menggunakan skema revenue sharing," papar Abi.

Tak hanya itu, sinyal lanjutan dari pendekatan Bakrie terhadap Path pun diperlihatkan saat Dave Morin, CEO Path, mendadak hadir di Indonesia dan melakukan wawancara ekslusif dengan tvOne yang notabene juga milik grup Bakrie.

2. Kesepakatan USD 25 Juta

Rumor dan sinyalemen yang tercium sejak akhir tahun lalu pun jadi kenyataan. Bakrie dan Path akhirnya dikabarkan telah mencapai kata sepakat untuk deal bisnis senilai USD 25 juta untuk pembelian saham seri C.

Konsorsium yang dipimpin oleh Bakrie Global Group ini menjadikannya sebagai investor terbesar Path di antara investor lainnya seperti Greylock Partners, Kleiner Perkins, Index Ventures, Insight Venture Partners, Redpoint Venture Partners, dan First Round Capital.

Path sendiri berturut-turut mulai mendapat suntikan dana dari para pemodal sejak 2011 lalu dengan dana USD 10 juta. Kemudian di tahun berikutnya kembali mendapatkan dana segar USD 30 juta. Dengan masuknya dana USD 25 juta yang disuntik Bakrie ini menjadikan total investasinya USD 65 juta.

"Kami sangat antusias untuk ikut berpartisipasi dalam pertumbuhan Path yang maju pesat," kata CEO Bakrie, Anindya Bakrie. "Dengan tim manajemen yang solid dan rencana pembangunan yang relevan, Path akan terus menghubungkan banyak orang di Indonesia secara personal, lebih bermakna dan produktif."

3. Path Populer di Indonesia

CEO Path Dave Morin juga mengkonfirmasikan telah merampungkan transaksi bisnis ini setelah menjalin pembicaraan panjang sejak tahun lalu. "Kami berada dalam situasi yang sulit setelah tahun 2013 yang begitu menantang," ujarnya.

Path yang memiliki 23 juta pengguna di seluruh dunia, saat ini diperkirakan memiliki nilai kapitalisasi pasar USD 250 juta atau setara Rp 3 triliun lebih. Di Indonesia, Path lumayan populer.

Morin bahkan pernah berucap, meskipun pengguna Path di Indonesia hanya empat juta, namun mendominasi 30% trafik dan termasuk yang paling aktif di dunia. Ini pula yang menjadi alasan bagi Path untuk mencari investasi dari Indonesia.

4. Bisa Hidupi Esia Setahun

Kebetulan atau tidak, duit sebanyak USD 25 juta atau sekitar Rp 304 miliar yang diinvestasikan Bakrie di jejaring sosial Path ternyata hampir setara untuk menghidupi operasional Esia selama setahun.

Presiden Direktur Bakrie Telecom Jastiro Abi pernah mengatakan, belanja modal yang disiapkan untuk menopang operasional layanan telekomunikasi berbasis CDMA itu di 2014 akan berkisar USD 25 juta.

"Bakrie Telecom punya EBITDA sekitar Rp 770 miliar hingga September 2013. Jika belanja modal hanya sekitar Rp 300-an miliar, masih sanggup ditanggung kas internal," ujarnya dalam paparan publik beberapa waktu lalu di Jakarta.

5. Berisiko Tinggi

Sejumlah analis menilai, aksi Bakrie di bisnis aplikasi berbasis over the top (OTT) ini lumayan beresiko. Mengingat kategori bisnis ini high risk high return, walaupun keuntungannya besar namun sebanding resikonya.

Pengamat multimedia Teguh Prasetya juga mengingatkan, bermain di bisnis aplikasi tak semudah Bakrie saat menggelar jaringan operator telekomunikasi. "Kalau operator itu mudah hitungannya. Satu BTS investasi berapa, terus dihitung trafik yang dihasilkan," katanya.

"Sementara kalau aplikasi, sudah digelontorkan duit besar belum tentu dia mendatangkan keuntungan. Lihat saja Twitter, sampai sekarang rugi terus walau pendapatannya tumbuh terus” paparnya lebih lanjut saat berbincang dengan detikINET, Senin (13/1/2014).

Lihat saja nasib dari Twitter di bisnis OTT. Penawaran saham perdana Twitter di bursa saham New York (NYSE) November lalu lumayan mengejutkan. Baru satu jam diperdagangkan di lantai bursa, saham dengan kode TWTR ini melonjak lebih dari 75% dari harga awal.

Harga saham Twitter pertama kali dilepas ke bursa seharga USD 26 per saham. Saat pembukaan perdagangan, harga saham itu melesat menjadi USD 45,10 per saham. Padahal, secara bottom line, kinerja Twitter bikin miris.

Twitter memang meraih penjualan USD 317 juta pada tahun 2012, tetapi disaat bersamaan merugi USD 79,4 juta. Untuk sembilan bulan pertama 2013, pendapatan Twitter mencapai USD 422 juta dengan rugi bersih yang meningkat mencapai USD 134 juta.

Namun, banyak investor percaya, berinvestasi di OTT memang bukan mencari return secara cepat. Hal itu dibuktikan oleh Facebook. Facebook baru berhasil mendapatkan pendapatan sebesar USD 2,02 miliar di kuartal ketiga 2013 atau naik 60% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Sedangkan laba perusahaan tercatat mencapai USD 425 juta. Pendapatan dari iklan naik hingga 66% menjadi USD 1,8 miliar. Harga saham Facebook melonjak 15% beberapa jam setelah pengumuman kinerja keuangan kala itu.

6. Tergoda Fenomena OTT

Fenomena kinerja dari OTT ini menjadikan banyak operator tergoda untuk bermain di bisnis ini. Rasanya hal yang wajar dilakukan jika melihat dari data-data global dimana pasar aplikasi mobile bisa tembus USD 25 miliar pada 2015 mendatang.

Apalagi, pilhan untuk menghadapi OTT sangat terbatas bagi operator, yakni charge them, partnership, atau menjadi OTT. Melakukan partnership rasanya paling logis dilakukan karena bisa mengurangi resiko gagal jika memilih menjadi OTT atau nekat menagih bayaran atas aplikasi.

Itu pula yang mungkin jadi pertimbangan Bakrie mengingat Path sedang naik daun. Di saat orang mulai bosan dengan terlalu banyaknya teman di Facebook dan mencari pelarian di Path yang cuma terbatas 150 teman.

Path sendiri telah memiliki 23 juta pengguna di seluruh dunia. Ditaksir nilai kapitalisasi pasarnya sekitar  Rp 3 triliun. Di Indonesia, Path memiliki empat juta pengguna dengan berkontribusi sekitar 30% ke trafik.

"Ini bagian dari ikhtiar membuat masyarakat Indonesia semakin terkoneksi dan produktif. Mengingat kita salah satu pengguna Path terbesar," ujar Anindya Bakrie, CEO Bakrie melalui akun twitter @anindyabakrie.

7. Perjudian atau Realistis?

Menurut Bakrie, aksi investasi OTT ini realistis dilakukan mengingat lini usahanya bergerak di Technology, Media, dan Telecommunication (TMT). Namun, akankah investasi ini berdampak pada kinerja anak usaha seperti Bakrie Telecom?

Pertanyaan ini yang menggelitik diapungkan mengingat Path memiliki 23 juta pengguna di seluruh dunia dengan nilai kapitalisasi pasar  sekitar Rp 3 triliun lebih. Di Indonesia, Path memiliki empat juta pengguna dengan berkontribusi sekitar 30% ke trafik.

Jika menilik pengguna Bakrie Telecom saat ini hanya 11,4 juta pelanggan yang terdiri atas 700 ribu pelanggan data dan 10,7 juta pelanggan layanan suara dan SMS, rasanya Path belum bisa menjadi pengungkit bagi merek esia.

Tetapi, dari bundling pemasaran, Path bisa saja dalam jangka pendek menjadi salah satu alat akuisisi pelanggan data. Misalnya, menerapkan tarif zero data package bagi pelanggan Esia mengakses path.

Untuk jangka panjang, tentu Bakrie Global Group berharap Path bisa mengulang kisah sukses Facebook, agar return dari investasi bisa diraih. Sukses atau tidaknya, kita lihat saja nanti.
Halaman 2 dari 8
(rou/rou)