Betapa tidak, di tengah keterbatasannya sebagai penyandang disabilitas, Ivan masih mampu berkarya bahkan mengalahkan mereka yang memiliki kemampuan fisik sempurna. Dalam kesehariannya, pria berusia 29 tahun asal Bandung ini mengaplikasikan keahliannya di bidang fotografi sebagai fotografer freelance.
Menurut Ivan, ia sebetulnya terlahir normal. Namun, di usia sekitar 6 bulan, ia mengalami hal tak terduga. Saat menaiki pesawat bersama ibunya, Ivan mendadak tak bisa mendengar hingga sekarang. Saat mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD), ia pun pernah mengalami rasa putus asa, karena hidup dengan keterbatasan, tidak seperti teman-temannya yang normal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya naik pesawat sama ibu saya digendong. Tapi, tiba-tiba dari itu saya tuli. Waktu itu saya masuk SD SLB di Riau, merasa belum punya teman. Saya menyendiri saja. Lalu saya ketemu senior saya dan diajak main bareng. Mulai dari situ saya semangat dan senang belajar," ucapnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Saat Ivan pindah ke Bandung Tahun 2008, ia pun masuk ke SMA yang pada umumnya normal. Ivan merasa banyak yang melihat dirinya aneh, bahkan ada yang mem-bully dengan perkataan yang kurang pantas. Sering pula ia diejek hingga dipermainkan dan membuat ia marah besar.
"Waktu pulang ke rumah saya pun berpikir dengan kemarahan memuncak. Saya waktu itu coba melawan ke anak yang bully saya hingga dia takut. Sejak saat itu saya biasa saja beraktivitas di sekolah bersama teman-teman saya," ucapnya.
Meski di tengah keterbatasannya, pria lulusan Desain Komunikasi Visual UNIKOM Bandung ini juga tetap aktif di beberapa organisasi seperti komunitas Fantasi Tuli hingga menjadi wakil sekretaris di Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Kepemudaan Jawa Barat. Selain itu, ia juga ternyata seorang mitra pengemudi GrabCar dari kalangan disabilitas.
"Setiap hari saya sebagai fotografer dan videografer juga. Lalu saya juga sebagai driver Grab untuk pekerjaan tambahan saya. Kalau ada pekerjaan lain Grabnya off dulu. Jadi di sini, saya sebagai driver Grab untuk sampingan," ujar Ivan.
Ivan pun menceritakan awal mula tertarik bergabung menjadi mitra GrabCar pada Januari 2019. Saat itu, memang ia memerlukan penghasilan tambahan selain menjadi fotografer.
"Alasan saya daftar grab karena harus cari uang tambahan untuk biaya hidup. Waktu itu ada teman saya yang ngajak daftar, akhirnya kita daftar berdua. Tapi waktu itu ada masalah di SIM karena saya punya SIM A, sedangkan pihak Grab minta SIM B. Namun akhirnya saya berhasil mengurusnya ke advokasi agar diterima," ujarnya.
Untuk menjadi mitra GrabCar, Ivan juga mengikuti workshop khusus bagaimana melayani penumpang dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. Ivan pun awal mula mendapat order cukup kaku, namun akhirnya terbiasa.
"Pertama kali berinteraksi dengan penumpang, sedikit ada salah karena masih kaku tentang sistem Grab bagaimana mengunakan aplikasi dan sebagainya," ucapnya.
Meski menjadii mitra GrabCar dengan kemampuan terbatas, ia mampu menyelesaikan 18-19 perjalanan setiap harinya. Ivan pun mengajak kepada siapa pun orang disabilitas, di tengah keterbatasaanya untuk bisa berkarya.
"Ayo untuk teman-teman tuli semua jangan merasa tidak percaya diri. Kalian harus berani untuk menunjukkan kemampuan kalian. Setiap orang pasti punya kemampuan berbeda, ada yang suka fotografi, desain, atau olahraga. Kalian harus berani dan kita harus berjuang menunjukkan bahwa kita juga bangga. Sehingga kelak SDM tuli yang unggul bisa bertambah," pesannya.
"Kalau teman-teman tuli mau join ke Grab itu mudah loh. Jadi nggak perlu takut, untuk sistem daftarnya juga mudah sekali. Bahkan Grab sudah bekerja sama dengan Gerkatin. Jadi nggak perlu khawatir buat driver Grab tuli," imbuhnya.
(akn/fay)