Apa Itu eHAC yang Datanya Dilaporkan Bocor

Fitraya Ramadhanny - detikInet
Selasa, 31 Agu 2021 14:12 WIB
Jakarta -

vpnMentor melaporkan kebocoran 1,3 juta data pengguna aplikasi eHAC dari Indonesia. Aplikasi apakah ini?

Dilansir dari situs resmi Kemenkes, Selasa (31/8/2021) eHAC adalah singkatan dari Electronic - Health Alert Card, yaitu Kartu Kewaspadaan Kesehatan. Ini merupakan versi modern dari kartu manual yang digunakan sebelumnya.

Sistem eHAC awalnya dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, dalam hal ini, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Kemenkes membutuhkan sistem monitoring secara cepat terhadap seluruh calon pengunjung yang akan datang ke Indonesia melalui pintu gerbang pelabuhan laut maupun bandara seiring dengan meningkatnya COVID-19.

eHAC tersedia melalui aplikasi yang bisa di-download dari Google Play Store oleh semua orang yang mau masuk ke Indonesia. Setelah diunduh, pengguna bisa membuat Kartu Kewaspadaan Kesehatan Elektronik.

Ada pilihan HAC Indonesia untuk orang yang mau masuk ke Indonesia. Ada lagi HAC Domestik Indonesia untuk orang yang posisinya di Indonesia. Setelah itu barulah pengguna mengisi data pribadi yang lengkap.

Data ini mulai nama depan dan belakang, usia, jenis kelamin, kewarganegaraan, no KTP, alamat lengkap, sampai dengan plat nomor kendaraan dan pernyataan kondisi kesehatan secara mandiri.

Tersedia juga fitur Panic Button di aplikasi ini. Selain itu, eHAC juga bisa dibuat melalui website di Kemenkes.

Usai heboh laporan kebocoran data eHAC oleh vpnMentor, Kemenkes pun buka suara. Menurut Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Mar'ruf, kebocoran itu terjadi pada data lama yang tidak digunakan lagi.

"Kebocoran data terjadi di aplikasi eHAC yang lama, yang sudah tidak digunakan lagi sejak Juli 2021 sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/847/2021 tentang Digitalisasi Dokumen Kesehatan bagi Pengguna Transportasi Udara yang Terintegrasi dengan Aplikasi Pedulilindungi," ujar Anas dalam konferensi pers virtual, Selasa (31/8/2021).

Anas menduga kebocoran terjadi dari pihak mitra. Dia pun menegaskan, masyarakat dianjurkan untuk menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat perjalanan udara, yang di dalamnya ada informasi lokasi vaksinasi, sertifikat vaksin COVID-19, hingga fitur eHAC.

"Sistem yang ada di dalam PeduliLindungi, dalam hal ini eHAC berbeda dengan sistem dengan eHAC yang lama. Infrastruktur berbeda, berada di tempat yang lain," ungkap Anas.

Meskipun Anas mengatakan aplikasi eHAC sudah digantikan dengan aplikasi PeduliLindungi, dipantau detikINET, eHAC masih tersedia di Google Play Store dan masih bisa di-download.




(fay/fyk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork