Aturan privasi baru WhatsApp yang memantik kontroversi sempat ditunda, akan tetapi dipastikan akan diimplementasikan pada tanggal 15 Mei. Tak ada perubahan besar, user harus tetap menerima aturan itu jika tetap ingin menggunakan WhatsApp seperti sebelumnya. Apa WhatsApp akan ditinggalkan karenanya?
Memang jika sebelumnya pengguna WhatsApp yang menolak aturan baru itu disebut tak bisa lagi menggunakan aplikasinya, ketentuan baru lebih lunak tapi tetap saja menyulitkan.
"Untuk jangka pendek, para user tersebut akan bisa menerima panggilan dan notifikasi, tapi tidak akan bisa membaca atau mengirimkan pesan dari aplikasi," sebut WhatsApp seperti dikutip detikINET dari Tech Crunch, Senin (22/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalahnya, fungsi menerima panggilan dan notifikasi pun akan dibatasi hanya selama beberapa minggu. Di masa tenggang itu, WhatsApp akan menandai pengguna yang belum menyetujui aturan baru sebagai akun yang tidak aktif. Akun tak aktif otomatis akan dihapus setelah 120 hari.
Maka tetap hanya ada dua opsi bagi user, menerima aturan privasi baru atau pindah ke aplikasi lain. Memang diberikan kelonggaran daripada sebelumnya, akan tetapi tetap saja jika user menolak kebijakan baru itu, mereka pada akhirnya tidak bisa lagi memakai WhatsApp.
WhatsApp terus berusaha keras agar aturan baru itu tersosialisasi dengan baik dan tidak disalahpahami, terutama bahwa aturan baru ini sama sekali tidak membuat pesan kurang aman karena komunikasi tetap disandi dan hanya bisa dibaca oleh pengirim dan penerimanya.
Kontroversi aturan baru mungkin membuat mereka panik karena jutaan pengguna mendadak install aplikasi pesaing, terutama Telegram dan Signal. Namun demikian, sampai saat ini, belum ada pertanda WhatsApp benar-benar goyah.
"Seberapa besar dampaknya bagi Facebook? Sangat kecil. Orang-orang menghabiskan waktu di WhatsApp sama banyaknya dibandingkan sebelum aturan baru itu diumumkan," menurut perusahaan analitik Apptopia pada awal Februari.
Hal semacam ini juga sudah pernah terjadi sebelumnya. Facebook dan anak perusahaannya, baik WhatsApp, Instagram ataupun Messenger terkadang mengumumkan aturan baru. Para user kemudian marah, tapi hanya sesaat dan kembali menggunakan layanan mereka.
Memang adopsi Signal dan Telegram meroket, bahkan menggulingkan posisi WhatsApp di beberapa negara soal jumlah download baru. Namun tidak berarti di saat yang sama, mereka juga menghapus WhatsApp.
"Bahkan meski makin banyak orang mengunduh layanan rival, hanya ada sedikit bukti bahwa mereka menjadi lebih sedikit menggunakan WhatsApp sebagai konsekuensinya. Basis usernya sedemikian besar sehingga orang harus tetap berada di platform itu jika ingin tetap berkomunikasi dengan kontak spesifik," sebut Bloomberg lagi.
Akan tetapi belum tentu juga prediksi ini tepat. Kita lihat saja nanti bagaimana nasib WhatsApp usai aturan privasi baru benar-benar diterapkan.
(fyk/fyk)