Ada jutaan aplikasi dan game yang bisa diunduh di Google Play Store dan Apple App Store. Tidak jarang aplikasi-aplikasi ini mengalami masalah hingga menjadi kontroversi.
Apalagi tahun 2020 membuat banyak orang harus mengandalkan aplikasi dan layanan internet lainnya selama di rumah saja. Berikut beberapa aplikasi yang dirundung kontroversi, seperti dirangkum dari Android Authority:
Baca juga: Zoom Mau Bikin Layanan Email dan Kalender |
Zoom
Zoom termasuk salah satu aplikasi yang popularitasnya meroket di tengah pandemi. Mulai dari sekolah, perusahaan, hingga organisasi menggunakan aplikasi video conference ini untuk berkomunikasi dari jarak jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi sayangnya aplikasi besutan Eric Yuan ini sempat tidak bisa menangani lonjakan pengguna. Di awal-awal pandemi, Zoom diterpa masalah zoombombing di mana orang-orang tidak bertanggung jawab bergabung dengan rapat di Zoom tanpa izin dan berbuat onar.
Enkripsi yang ditawarkan Zoom juga ternyata tidak end-to-end. Bahkan 500.000 akun Zoom dijual oleh hacker di forum dark web.
Zoom akhirnya merilis sederet update untuk menangani masalah-masalah tersebut. Zoombombing kini tidak lagi menjadi masalah berkat update yang mewajibkan password untuk rapat dan menyediakan waiting rooms untuk partisipan rapat.
Semua panggilan Zoom juga telah mendapat enkripsi end-to-end. Fitur ini awalnya hanya tersedia untuk pengguna berbayar, tapi setelah keluhan dari banyak pengguna, fitur ini akhirnya disebar ke semua pengguna.
PUBG Mobile dan Ratusan Aplikasi China yang Dicekal India
Berkat kisruh antara pemerintah India dan China, ratusan aplikasi dan game asal China menjadi korban. Sejak bulan Juni 2020, pemerintah India telah mencekal ratusan aplikasi dan game asal China, termasuk PUBG Mobile karena dianggap mengancam keamanan nasional.
Padahal India merupakan salah satu pasar terbesar bagi game battle royale ini. PUBG Corporation pun langsung menjauhkan diri dari Tencent yang merupakan publisher PUBG Mobile di India dan negara-negara lainnya.
Saat ini PUBG Corporation sedang mencari cara agar PUBG Mobile bisa kembali ke India, termasuk membuka kantor baru dan menggelontorkan investasi di negara tersebut. Tapi belum diketahui kapan PUBG Mobile akan kembali dirilis di India.
TikTok
TikTok termasuk salah satu aplikasi China yang dicekal pemerintah India. Tapi mereka juga menghadapi satu negara besar lainnya yaitu Amerika Serikat.
Pemerintah Donald Trump sejak awal tahun ini mencoba mencekal TikTok di negaranya karena alasan privasi. Pemerintah AS berargumen perusahaan induk TikTok, ByteDance, akan menyerahkan data pengguna yang sensitif ke pemerintah China.
TikTok berkali-kali membantah tuduhan tersebut. Agar tidak dicekal, pemerintah AS kemudian mengharuskan TikTok dijual ke perusahaan lain. Beberapa perusahaan besar berniat meminang TikTok, termasuk Microsoft. Tapi akhirnya Oracle yang terpilih menjadi pemilik baru TikTok.
Sampai saat ini nasib TikTok di AS masih belum jelas karena penjualannya masih belum disetujui oleh pemerintah AS maupun China. Padahal pemerintahan Donald Trump akan berakhir dalam hitungan minggu.
ToTok
Aplikasi chatting populer ToTok ditendang dari Google Play Store pada awal tahun ini setelah laporan dari New York Times yang menemukan aplikasi ini digunakan sebagai mata-mata untuk pemerintah Uni Emirat Arab.
Berdasarkan laporan NYT, pemerintah UEA mengetahui semua percakapan, pergerakan, hubungan, janji, suara, dan gambar semua orang yang menggunakan aplikasi ini. Tapi pendiri ToTok membantah tuduhan tersebut.
Ini adalah kedua kalinya Google melakukan itu, setelah sebelumnya mereka sudah sempat menghapus aplikasi ToTok ini dari toko aplikasi mereka, tepatnya pada akhir Desember 2019 lalu.
Sebelum dihapus dari Play Store, ToTok banyak diunduh oleh pengguna di Timur Tengah, Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Utara. Bahkan, sebelum dihapus dari Play Store dan App Store Desember lalu, ToTok adalah salah satu aplikasi sosial yang paling banyak diunduh di Amerika Serikat.
Fortnite
Fortnite dan Epic Games menimbulkan kontroversi setelah mengenalkan sistem pembayaran terpisah yang bisa membantu mereka menghindari komisi 30% yang ditetapkan Apple untuk aplikasi dan game yang ada di App Store.
Setelah itu Apple menendang Fortnite dari App Store, yang tidak lama kemudian diikuti oleh Google Play Store. Sejak saat itu ketiga perusahaan terlibat masalah hukum yang sepertinya akan berlanjut hingga tahun depan.
Epic Games kemudian menggugat Apple dan Google karena dianggap anti-kompetitif. Epic bersama beberapa pengembang aplikasi lainnya kemudian mendirikan Coalition for App Fairness untuk melawan kebijakan komisi 30% yang diterapkan toko aplikasi.
Apple akhirnya mengubah kebijakannya, dan menurunkan biaya komisi menjadi 15% untuk pengembang dengan pemasukan kurang dari USD 1 juta setiap tahunnya. Karena Epic meraup jutaan dolar setiap tahunnya, mereka tidak termasuk dalam skema ini dan sepertinya akan terus memperjuangkan keinginannya.
600 Aplikasi Nakal yang Dicekal Google
Google sering mencekal aplikasi jahat yang ada di Play Store karena melanggar aturan. Tapi kasus ini cukup spesial karena banyak dari 600 aplikasi ini datang dari pengembang yang sama yaitu Cheetah Mobile.
600 aplikasi ini ditendang karena menampilkan iklan yang mengganggu dan melakukan penipuan lewat iklan (ad fraud). Cheetah Mobile memang telah lama terlibat penipuan lewat iklan, tapi Google tetap mengizinkannya menerbitkan aplikasi di Play Store.
Tapi kali ini, semua katalog Cheetah Mobile yang berisi 45 aplikasi di Play Store telah dihapus.