Ian Gibbons, ilmuwan andalan Theranos, memperingatkan Holmes bahwa tes darah besutannya belum siap untuk publik dan ada ketidakakuratan dalam teknologinya. Ilmuwan lain pun mulai menyuarakan kecurigaannya pada Theranos.
Pada Agustus 2015, lembaga pemerintah FDA akhirnya mulai menginvestigasi Theranos. Regulator pemerintah lantas menemukan uji darah yang dilakukan Theranos pada pasien tidak akurat.
Pada Oktober 2015, media berpengaruh Wall Street Journal mempublikasikan temuannya soal Theranos yang ternyata teknologinya meragukan. Berita ini memicu kejatuhan Theranos dan Holmes lebih dalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
John Carreyrou, reporter Wall Street Journal, mengungkap bahwa mesin tes darah Theranos yang dinamakan Edison, tidak bisa memberikan hasil akurat. Oleh karenanya, Theranos rupanya memakai mesin yang sama saja dengan perusahaan tes darah tradisional lain, bukan teknologi sendiri.
"Ini yang terjadi jika Anda bekerja untuk mengubah sesuatu. Pertama, mereka berpikir Anda gila, kemudian mereka melawan Anda dan lalu tiba-tiba Anda mengubah dunia," demikian pembelaan Holmes waktu itu, terkait tuduhan miring yang ditimpakan kepadanya.
Pada tahun 2016, lembaga FDA, Centers for Medicare & Medicaid Services, dan SEC ramai-ramai menyelidiki Theranos. Mereka berkesimpulan, telah terjadi penipuan. Maka pada Juli 2016, Holmes dilarang berkecimpung di industri tes laboratorium selama 2 tahun. Kemudian bulan Oktober, Theranos menutup operasi laboratoriumnya.
Maret 2018, Theranos, Holmes dan petinggi perusahaan lain disebut melakukan penipuan masif oleh SEC. Sebagai hukuman, Holmes setuju menyerahkan kontrol voting dan keuangan perusahaan, membayar denda USD 500 ribu dan mengembalikan 18,9 juta saham Theranos.
Dia juga dilarang memimpin perusahaan publik selama 10 tahun. Kekayaannya pun lenyap. Hingga akhirnya saat ini, dia dinyatakan bersalah dan akhirnya harus mendekam 11 tahun di penjara.
Simak Video "PLN Startup Day 2025: Jembatan Startup Wujudkan Energi Masa Depan"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)