Prancis menyatakan minat untuk berinvestasi Satelit Republik Indonesia (Satria) generasi berikutnya, seperti Satria 2A, 2B, atau 3A, 3B. Satelit-satelit tersebut masuk dalam rencana Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk menghadirkan akses internet di wilayah Indonesia.
Ketertarikan tersebut diungkapkan dalam pertemuan antara Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate dan Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Daya Saing Ekonomi Prancis Oliver Becht di kantor Kementerian Kominfo, Jakarta.
Dalam pertemuan itu juga, kedua negara juga melanjutkan pembahasan mengenai proyek kerja sama yang terdapat dalam pipeline transformasi digital Indonesia.
"Kami mendiskusikan beragam proyek yang sudah di dalam pipeline Indonesia yang berkaitan dengan transformasi digital. Diskusi pertama terkait perkembangan Proyek Satria-1 yang dibiayai Pemerintah Perancis dan di-supply teknologi Prancis yaitu Thales Alenia," ungkap Menkominfo dalam keterangan tertulisnya.
Johnny juga mengungkapkan kedua negara juga membahas potensi pengadaan kebutuhan satelit berikutnya seperti 2A, 2B atau 3A, 3B. Menurutnya dari kebutuhan satelit Indonesia sebesar 1 Tbps, saat ini baru tersedia 230 Gbps dari dua satelit dengan total kapasitas 300 Gbps dari satelit Satria-1 dan Hot Backup Satellite (HBS).
"Saat ini Indonesia masih membutuhkan lebih dari 700 Gbps. Pemerintah Prancis sangat ingin memberikan dukungan untuk pengadaan layanan satelit untuk kebutuhan transformasi digital, secara khusus infrastruktur digital Indonesia," jelasnya.
Pembahasan selanjutnya mengenai tindak lanjut rencana pembangunan digitalisasi pertelevisian atau digital broadcasting. Menurut Menkominfo, pembiayaan Pemerintah Prancis yang didukung oleh teknologi Prancis saat ini masuk ke tahap akhir diskusi-diskusi teknis menyangkut kontrak.
Menkominfo menyebutkan Pemerintah Prancis menyampaikan ketertarikannya untuk membiayai pembangunan Pusat Data Nasional (PDN). Indonesia direncanakan akan membangun di empat lokasi, di Jabodetabek, Batam, Labuan Baju, dan Ibu Kota Nusantara.
Selain itu, kata Johnny, kedua pihak turut membahas mengenai keamanan siber. Pemerintah Prancis menyatakan berminat untuk kerja sama di sektor keamanan siber karena sudah terdaftar di Green Book atau Blue Book Bappenas.
"Pemerintah Prancis sangat tertarik untuk membiayai proyek tersebut. Meski keamanan siber ini sektornya ada di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), namun kedua pihak juga mendiskusikan hal ini karena Prancis mempunyai teknologi cyber security yang bagus. Saya tentu akan meneruskan ini ke Kepala BSSN," uncap Johnny.
Kedua negara pun mendiskusikan peluang bagi perusahaan Prancis agar bisa ikut ambil bagian dalam transformasi digital Indonesia terutama dalam sisi platform seperti e-commerce, fintech dan modal ventura (capital venture).
"Intinya, Bapak Menteri Oliver menyampaikan Indonesia dan Prancis perlu meningkatkan hubungan bilateral khususnya di sektor ekonomi, dan terus bertumbuh di masa sekarang dan mendatang," pungkas dia.
Simak Video "Video Satelit Internet "Kuiper" Milik Amazon Meluncur Jadi Pesaing Starlink"
(agt/fay)