Wanita Pendiri Startup Kaya Raya Ini Ternyata Penipu Kelas Kakap
Hide Ads

Wanita Pendiri Startup Kaya Raya Ini Ternyata Penipu Kelas Kakap

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 06 Jan 2022 11:15 WIB
SAN JOSE, CA - JULY 17:  Former Theranos CEO Elizabeth Holmes leaves a federal court after a status hearing on July 17, 2019 in San Jose, California. Holmes is facing charges of conspiracy and wire fraud for allegedly engaging in a multimillion-dollar scheme to defraud investors with the Theranos blood testing lab services. (Photo by Kimberly White/Getty Images)
Elizabeth Holmes. Foto: Kimberly White/Getty Images

Holmes pun pernah memiliki kekayaan bersih USD 4,5 miliar, menjadikannya wanita termuda paling kaya di dunia. Tapi di saat yang sama, kecurigaan besar mulai melingkupi Theranos.

Ian Gibbons, ilmuwan andalan Theranos, memperingatkan Holmes bahwa tes darah besutannya belum siap untuk publik dan ada ketidakakuratan dalam teknologinya. Ilmuwan lain pun mulai menyuarakan kecurigaannya pada Theranos.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Agustus 2015, lembaga pemerintah FDA akhirnya mulai menginvestigasi Theranos. Regulator pemerintah lantas menemukan uji darah yang dilakukan Theranos pada pasien tidak akurat.

Pada Oktober 2015, media berpengaruh Wall Street Journal mempublikasikan temuannya soal Theranos yang ternyata teknologinya meragukan. Berita ini memicu kejatuhan Theranos dan Holmes lebih dalam.

ADVERTISEMENT

John Carreyrou, reporter Wall Street Journal, mengungkap bahwa mesin tes darah Theranos yang dinamakan Edison, tidak bisa memberikan hasil akurat. Oleh karenanya, Theranos rupanya memakai mesin yang sama saja dengan perusahaan tes darah tradisional lain, bukan teknologi sendiri.

"Ini yang terjadi jika Anda bekerja untuk mengubah sesuatu. Pertama, mereka berpikir Anda gila, kemudian mereka melawan Anda dan lalu tiba-tiba Anda mengubah dunia," demikian pembelaan Holmes waktu itu, terkait tuduhan miring yang ditimpakan kepadanya.

Pada tahun 2016, lembaga FDA, Centers for Medicare & Medicaid Services, dan SEC ramai-ramai menyelidiki Theranos. Mereka berkesimpulan, telah terjadi penipuan. Maka pada Juli 2016, Holmes dilarang berkecimpung di industri tes laboratorium selama 2 tahun. Kemudian bulan Oktober, Theranos menutup operasi laboratoriumnya.

Maret 2018, Theranos, Holmes dan petinggi perusahaan lain disebut melakukan penipuan masif oleh SEC. Sebagai hukuman, Holmes setuju menyerahkan kontrol voting dan keuangan perusahaan, membayar denda USD 500 ribu dan mengembalikan 18,9 juta saham Theranos.

Dia juga dilarang memimpin perusahaan publik selama 10 tahun. Kekayaannya pun lenyap. Hingga akhirnya saat ini, dia dinyatakan bersalah dan hampir pasti akan diganjar hukuman berat.

(fyk/fay)