Untuk saat ini, merujuk data dari CB Insights, Indonesia baru melahirkan empat startup unicorn di antaranya Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, dan Ovo. Unicorn sendiri disematkan untuk perusahaan rintisan yang memiliki valuasi di atas USD 1 miliar atau Rp 14 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan, mencetak startup hectocorn atau valuasi USD 100 miliar atau Rp 1.400 triliun bisa dibilang cita-cita sangat tinggi. Di dunia saja baru hanya satu startup hectocorn, yaitu Ant Financial yang bergerak di bidang teknologi finansial (fintech) asal China.
"Nah, kalau ditanya ke saya, taruh lah cita-citamu setinggi langit. Kalau di dunia lain bisa punya hectocorn, Indonesia juga punya hectocorn," jawab Johnny ditemui detikcom di Gedung Kementerian Kominfo, Jakarta.
![]() |
Politikus asal Partai NasDem ini mengatakan untuk menggapai impian mempunyai startup hectocorn ini tentunya harus melalui tahapan-tahapan.
"Tahapan pertama yang harus kita lakukan di kondisi saat ini, startup mari kita dorong, Gerakan 1.000 Startup kita dorong supaya berkembang, kualifikasi startup kita menjadi unicorn punya kualitas baik, perbanyak unicorn. Kalau bisa meningkatkan statusnya menjadi decacorn. One day, harapannya satu waktu nanti mereka bisa jadi hectocorn," tutur dia.
Baca juga: Co-CEO Gojek Sowan ke Menkominfo |
Johnny kembali menekankan meski ia menyebutkan keinginannya untuk mencetak startup hectocorn, bukan berarti hal tersebut dapat direalisasikan dalam waktu dekat ini.
"Jadi, jangan dipikir saat saya sebut hectocorn, lalu sekarang mau bikin hectocorn, enggak. Kita harus membangun, kita bangsa besar, aplikasi harus banyak, platform harus banyak, pilihan-pilihan masyarakatnya harus ada, mengelola semua aplikasi dan platform ini untuk digunakan demi kepentingan domestik kita harus jadi perhatian juga. Tugas kira-kira seperti begitu," pungkasnya.
(agt/fyk)