Startup AS Tuding Eksekutif Huawei Curi Rahasia
Hide Ads

Startup AS Tuding Eksekutif Huawei Curi Rahasia

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Kamis, 23 Mei 2019 14:41 WIB
Foto: Alexander Koerner/Getty Images
Jakarta - Sebuah startup berasal dari Amerika Serikat bernama CNEX Labs menuding seorang eksekutif Huawei terlibat dalam aksi pencurian rahasia perusahaan.

Huawei dan CNEX saat ini memang tengah berselisih di Meja Hijau terkait hal itu. CNEX, yang merupakan startup elektronik, sendiri didirikan oleh mantan pegawai Huawei.

Dalam persidangan yang tengah berlangsung, CNEX menuding Eric Xu terlibat dalam konspirasi tersebut. Xu sendiri adalah salah seorang eksekutif Huawei yang pernah menjadi chairman di perusahaan asal china tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"(Xu) mengarahkan seorang engineer Huawei untuk menganalisa informasi teknis milik Cnex," ujar Cnex dalam persidangan.

Engineer tersebut, menurut Cnex, berpura-pura menjadi calon konsumen potensial untuk Cnex untuk mengorek informasi rahasia milik startup tersebut. Xu pun dituding ikut terlibat dalam pencurian informasi dari Xiamen University, yang mempunyai memory board komputer dari Cnex.

Video: Setelah Google, ARM Cabut Kerja Sama dengan Huawei

[Gambas:Video 20detik]



Pengacara Huawei sendiri mengaku kalau Xu memang ada di rantai komando dalam permintaan untuk 'pencarian' informasi dari Cnex. Namun mereka menepis tudingan kalau ada informasi rahasia yang dicuri dalam skema tersebut.

Huawei pun ternyata menggugat pendiri Cnex Yiren Huang pada 2017. Huang, yang mengundurkan diri dari Huawei pada 2013, dituding membajak karyawan Huawei dan menggunakan paten Huawei untuk membangun teknologi solid state drive buatan Cnex.

Lalu Cnex pun membalas dan mengklaim Huawei menyalahgunakan teknologinya dan bahkan mencoba untuk mencuri lebih banyak informasi dari gugatannya itu, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Kamis (23/5/2019).

Namun tampaknya kasus ini tak lagi jadi prioritas Huawei karena baru-baru ini mereka pun makin bermasalah dengan pemerintah AS. Yaitu setelah Presiden Donald Trump memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam dan melarang perusahaan Amerika Serikat untuk berbisnis dengan perusahaan asal China itu.

(asj/krs)