Persoalan ini bermula dari Kominfo yang mengidentifikasi adanya hoax yang beredar di masyarakat menyangkut gempa dan tsunami di Donggala dan Palu. Dari delapan hoax, satu di antaranya menampilkan orang dengan pakaian tulisan FPI tengah membantu evakuasi korban bencana alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya, memang benar gambar tersebut mengisahkan bantuan relawan FPI terhadap korban bencana alam. Yang kemudian membuatnya jadi hoax adalah bahwa gambar itu sejatinya merupakan kejadian di desa Tegal Panjang, Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2015 silam.
Dengan kata lain, sebaran gambar relawan FPI (dengan narasi membantu korban bencana alam gempa Palu) teridentifikasi sebagai hoax karena bantuan tersebut sebenarnya dilakukan di tempat dan waktu berbeda.
Baca juga: 8 Hoax-Fakta Gempa Palu dan Donggala |
Nah, identifikasi hoax dari Kominfo ini rupanya membuat sejumlah kalangan memaknainya dengan kurang pas. Agar miskomunikasi di publik tak berlarut-larut, Kominfo menjelaskan kembali maksud pernyataan tersebut.
Berikut penjelasan lengkap berdasarkan keterangan tertulis Kominfo, Rabu (3/10/2018):
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI yang diwakili oleh Plt. Kepala Biro Humas Ferdinandus Setu, tidak pernah mengeluarkan pernyataan bahwa aktivitas kemanusiaan FPI bagi korban gempa bumi di Sulawesi Tengah sebagai hoax.
2. Adalah benar bahwa Kemkominfo RI, pada Selasa, 2 Oktober 2018 mengeluarkan Siaran Pers mengenai 8 (delapan) hoax yg muncul internet pasca-gempa Sulawesi Tengah. Salah satu hoax yg kami sampaikan pada siaran pers tersebut adalah foto yg memperlihatkan sejumlah orang melakukan aktivitas di wilayah tanah longsor yang disandingkan dengan judul atau caption 'gerak cepat relawan FPI evakuasi korban gempa palu 7.7'. Kami sampaikan dalam siaran pers kami bahwa foto tersebut adalah hoax, karena faktanya dalam gambar tersebut memperlihatkan relawan FPI yang membantu korban longsor di Tegal Panjang, Sukabumi pada tahun 2015.
3. Sekali lagi, Kementerian Kominfo RI yg diwakili oleh Plt Kepala Biro Humas Ferdinandus Setu sama sekali tidak mengeluarkan pernyataan bahwa aksi kemanusiaan di FPI di Sulawesi Tengah sebagai hoax. Setiap bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah yang terdampak gempa, dari siapapun, dari organisasi apapun harus kita apresiasi sebagai upaya bersama seluruh komponen bangsa.
4. Kementerian Kominfo RI, selain memastikan jaringan telekomunikasi di wilayah terdampak gempa di Sulawesi Tengah, juga akan terus memantau dan menyampaikan kepada publik setiap informasi hoax terkait penanganan di masa tanggap darurat bencana ini. Setiap pelaku hoax akan kami teruskan ke Mabes Polri (Cq Direktorat IT & Cyber Crime) untuk proses penegakan hukum lebih lanjut.
5. Kepada para netizen Indonesia, kami mohon dengan sangat, jika tidak atau belum bisa membantu secara langsung saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah, setidaknya kita bisa berkontribusi untuk mempercepat proses pemulihan pada masa tanggap darurat dengan tidak ikut menyebarkan informasi yang masih diragukan kebenarannya alias hoax.
6. Jika masih ragu-ragu apakah sebuah informasi masuk kategori hoax atau fakta atau jika ada informasi yang diduga mengandung hoax, masyarakat dapat melaporkannya melalui laman aduankonten.id, email aduankonten@kominfo.go.id atau mention ke akun twitter @aduankonten.
Terima kasih atas perhatiannya. Siapa kita? INDONESIA!
Salam,
Ferdinandus Setu
Plt. Kepala Biro Humas Kemkominfo RI
(agt/krs)