Pangkal masalahnya adalah sistem operasi Android. Google dituding merugikan konsumen dan kompetitor karena mensyaratkan manufaktur ponsel untuk menginstal produknya sendiri. Jumlahnya sekitar 11, sebut saja YouTube, Gmail, Google Maps dan sebagainya.
Aplikasi yang selalu ada di semua ponsel Android itu juga tidak bisa di-uninstal alias dihapus. Dan letaknya juga disyaratkan harus strategis sehingga mudah diakses pengguna di homescreen ponsel Android.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan investigasi kami sejauh ini, kami yakin kelakuan Google itu menghalangi konsumen memiliki pilihan luas aplikasi dan layanan mobile dan merintangi inovasi dari pemain lain," kata Margrethe Vestager, Head of Competition Policy di Komisi Eropa yang detikINET kutip dari CNN.
Google berjanji akan menjelaskan masalah ini dan mendemonstrasikan kalau Android itu bagus dampaknya bagi konsumen maupun kompetisi. Jika kalah, bisa runyam akibatnya. Google terancam denda sampai 10%Β dari pendapatan setahun perusahaan.
Tahun lalu, revenue Google berjumlah sekitar USD 74,5 miliar. Artinya, Google terancam didenda sekitar USD 7 miliar atau di kisaran Rp 92 triliun meski kemungkinan, jumlahnya lebih sedikit dari itu.
"Semua produsen di Uni Eropa yang memakai Android harus memenuhi permintaan Google itu untuk menginstal aplikasi kunci di Android, menekan kompetisi dan menghalangi konsumen memilih dengan bebas,"kata FairSearch, salah satu lembaga yang mengadukan Google.
(fyk/asj)