7 Jenis Game Online Berisiko yang Butuh Pendampingan Orang Tua, Dampaknya Seram
Hide Ads

7 Jenis Game Online Berisiko yang Butuh Pendampingan Orang Tua, Dampaknya Seram

Iin Yumiyanti - detikInet
Sabtu, 22 Feb 2025 19:16 WIB
Pater Haryatmoko, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bidang kebudayaan.
Para orang tua diimbau untuk memberikan pendampingan terhadap anak saat bermain game online, jika tidak dampaknya berbahaya. Foto: Iin Yumiyanti/detikcom
Jakarta -

Orang tua sekarang mungkin menganggap wajar bila melihat buah hati mereka, para generasi Z asyik bermain game online. Sebenarnya orang tua tetap harus waspada sebab tidak semua game online aman. Detikers perlu ketahui, setidaknya ada 7 jenis game online yang dampaknya negatif. Tidak cuma menyebabkan kecanduan. Bahkan bisa tiba-tiba tagihan membengkak dan ancaman predator online. Seram!

Pater Haryatmoko, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bidang kebudayaan memaparkan hal tersebut dalam diskusi "Smart Parenting in The Digital Era" yang digelar di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta, Sabtu (22/2/2024). Diskusi tersebut juga menghadirikan pakar teknologi informasi Richardus Eko Indrajit sebagai pembicara.

Untuk mencegah dampak negatif game online, Haryatmoko mengimbau orang tua agar membuat aturan yang tegas. Pertama batasan waktu bermain game. Orang tua juga perlu memberi pemahaman akan bahaya game online bagi anak. Anak bisa dijelaskan, bahaya tersebut antara lain adalah menimbulkan kecanduan atau adiksi sehingga anak akan susah berhenti bermain game. Akibatnya anak jadi lupa tugas dan tanggung jawabnya. Bahaya lain yang mengintai yaitu pengeluaran uang yang tidak terkendali untuk membayar game. Bahaya yang mengerikan adalah anak jadi incaran predator online. "Interaksi online anak perlu diawasi karena sangat rentan terpapar predator online," kata Romo Moko, begitu Haryatmoko biasa disapa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Membantu anak agar mematuhi batasan waktu bermain game, orang tua bisa mendorong anak untuk aktif terlibat kegiatan di kehidupan nyata. Banyak aktivitas fisik, sosial, keagamaan bisa dipilih untuk mengisi waktu luang sekaligus mengembangkan diri. "Olahraga, baca buku, pergi ke perpustakaan, main dengan teman, atau hobi lain di dunia nyata lainnya. Yang penting bisa mengurangi kegiatan online ddi depan laptop ataupun telepon genggam, " kata Romo Moko yang juga berprofesi sebagai dosen komunikasi pasca-sarjana di Universitas Indonesia (UI) tersebut.

Romo Moko kemudian menyarankan orang tua untuk sering menghabiskan waktu bersama anak. Bisa meluangkan waktu untuk main dengan sang buah hati. Dengan begitu, ayah ibu memahami game apa yang disukai anak, game yang dimainkan berbahaya atau tidak. Bila tahu game-nya berbahaya, ayah bunda bisa menasehati atau melarang anak untuk bermain game tersebut.

ADVERTISEMENT

Romo Moko lantas membeberkan 7 jenis game online yang perlu diwaspadai sehingga orang tua perlu melakukan pendampingan kepada anak.

Pater Haryatmoko, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bidang kebudayaan.Pater Haryatmoko, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bidang kebudayaan dalam diskusi "Smart Parenting in The Digital Era" di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta, Sabtu (22/2/2024). Foto: Iin Yumiyanti/detikcom

7 Jenis Game Online yang Perlu Diwaspadai, yaitu sebagai berikut:

1. Massive Multiplayer Online Role-Playing Games (MMORPG).

Game jenis ini antara lain World of Warcraft, Genshin Impact hingga Final Fantasy XI. Apakah detikers pernah memainkannya?

Sesi bermain game ini sangat lama karena memakai konsep grinding yaitu melakukan pengumpulan item atau pengalaman. Karena waktu bermain yang panjang, MMORPG ini berpotensi memunculkan fenomena 'hidup dalam game'. Fenomena ini membuat anak mengabaikan keluarga dan kehidupan sosial. Game ini juga berbahaya sebab memicu anak menghambur-hamburkan uang karena kecanduan game.

2. Multiplayer Online Battle Arena

Detikers yang suka bermain Mobile Legends, League of Legends, Dota2, perlu waspada. Inilah contoh game genre multiplayer online Battle Arena. Bahaya, anak-anak yang bermain game ini, perilakunya bisa berubah menjadi buruk. Mereka akan terbiasa berkata-kata kasar dan menjadi berperangai agresif. Dampak negatif lainnya yaitu mendorong kebiasaan bermain terus-menerus sebab terobsesi untuk meningkatkan rangking (ranked addiction). Game memicu stres jika si anak kalah atau peringkatnya turun.

3. First-Person Shooter (FPS) & Battle Royale

Pernah bermain Call of Duty: Warzone, PUBG, Free Fire dan Volorant? Game tersebut masuk dalam jenis ini. Yang harus diwaspadai yaitu unsur kekerasan yang dapat memengaruhi pola pikir dan emosi jiwa anak. Saat main game ini, andrenalin menjadi tinggi sehingga lupa waktu. Stres jika anak sering kalah terutama dalam sistem battle royale.

4. Survival & Sandbox Games

Kategori game ini itu Minecraft, ARK: Survival Evolved, Rust. Yang perlu diperhatikan beberapa game memiliki mode tanpa akhir. Akibatnya anak-anak sulit berhenti bermain. Anak yang main game ini akan mengalami isolasi sosial karena terlalu sibuk membangun dunia maya.

5. Gacha Games & Collectible Card Game

Masuk dalam kategori game ini antara lain Genshin Impact, Honkai: Star Rail, Fate/Grand Order. Awas game ini memiliki mekanisme gacha yang mirip dengan judi. Game ini juga dapat menyebabkan anak memakai uang tidak terkendali untuk membeli karakter atau item langka. Lalu ada sistem daily login reward menyebabkan pemain merasa wajib masuk ke permainan setiap hari sehingga memicu kecanduan.

6. Social Sumulation & Life Simulation Games

Bila detikers memainkan The Sims, Animal Crossing, Roblox, nah inilah jenis game online berbahaya lainnya. Game ini bisa memicu pemain menghindari realitas hidup disebabkan terlalu fokus pada kehidupannya di game online. Perlu diketahui, bahaya Roblox yaitu anak berpotensi berinteraksi dengan orang asing. Orang asing ini bisa memanfaatkan anak untuk tujuan kejahatan dan kriminal demi keuntungan pribadi.

7. Gambling & Casino-Style Games

Jenis ketujuh game yang harus diwaspadai adalah CS: Go Skin Gambling, PokerStars, Slotomania. Ada unsur perjudian yang bisa menjadi bibit kebiasaan buruk pada si kecil. Kemudian ada loot boxes atau taruhan virtual yang memicu anak menghabiskan uang tanpa berpikir panjang.

Pendekatan Teknologi Ibarat Pupuk

Sementara itu Eko Indrajit, memberi perumpamaan teknologi ibarat pupuk. Berlebihan ataupun kurang, dampaknya kurang baik. Pupuk harus dikasih sesuai kebutuhan tanaman. Bila pupuk kurang, tanaman sulit tumbuh dan berkembang. Namun sebaliknya bila pupuk berlebihan malah membahayakan tanaman dan bahkan bisa membuat s mati tumbuhan. Layaknya pupuk, orang tua boleh tidak melarang anak-anak bermain game online. Namun harus diingatkan ada batasan.

"Kebutuhan anak, berapa lama waktu yang boleh dipakai anak untuk main game, orang tua pasti tahu. Tidak mungkin papa mama tidak mengenal anak-anaknya kan?," ujarnya.

Eko menyadari papa mama tentu kesulitan melarang anak untuk bermain game. Namun bila membolehkan, papa mama perlu mendampingi anak. Pendampingan ini sangat penting agar anak dapat memetik manfaat dan terhindar dari dampak negatif teknologi.




(agt/agt)