Ini Bukti Video Games Bukan Cuma Mainan Anak-anak
Hide Ads

Ini Bukti Video Games Bukan Cuma Mainan Anak-anak

Irna Gayatri - Content Writer RRQ - detikInet
Sabtu, 26 Des 2020 19:10 WIB
Game Resident Evil
Resident Evil salah satu seri game horor untuk dewasa (PC Gamer/RRQ)
Jakarta -

Video games masih dianggap sebagian orang sebagai mainan anak-anak. Padahal, ada banyak video games khusus dewasa.

Orang dewasa yang main games masih sering dipandang sebelah mata karena stereotip video games yang dianggap sebagai mainan anak-anak. Sayangnya, anggapan ini sepenuhnya salah karena video games berada di tingkat yang jauh lebih kompleks daripada mainan anak-anak.

Buktinya, banyak video games yang menyajikan gameplay rumit hingga adegan violence yang tak cocok dimainkan oleh anak-anak. Violence atau unsur kekerasan dalam video games telah lama menjadi kontroversi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dimulai dengan Mortal Kombat yang rilis pada 1993 dan menjadi video games pertama yang menyajikan unsur kekerasan yang realistis. Maksudnya, adegan pertarungan dalam Mortal Kombat dibuat serealistis mungkin pada masanya hingga menampilkan darah yang di setiap serangan.

Bersama dengan Night Trap dan Doom, inilah masa awal video games punya penggemar yang lebih 'keras'. Di Amerika Serikat, keberadaan games dengan unsur violence ini cukup berdampak buruk dan mengundang banyak kontroversi, salah satunya adalah peningkatan kasus kekerasan hingga penembakan di sekolah.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, penelitian yang dilakukan belakangan menunjukkan bahwa ada sangat sedikit dampak kekerasan dalam video games terhadap perilaku violence di dunia nyata yang dilakukan pemainnya. Dilansir dari CNN, Sabtu (26/12/2020) diakui bahwa kaitan antara video games dan tindakan kekerasan di dunia nyata masih terus diinvestigasi. Masalah sebenarnya di Amerika Serikat adalah gun safety dan gun policy yang sampai saat ini masih menjadi masalah besar kekerasan di Amerika Serikat.

Game Call of DutyGame Call of Duty Foto: (Playstation Store)

Selain itu, penelitian dari National Center for Health Research menunjukkan bahwa sangat sedikit penelitian yang melihat apakah bermain video games kekerasan meningkatkan kemungkinan kenakalan, perilaku kriminal, atau kekerasan mematikan. Tidak ada bukti yang jelas untuk mendukung asumsi bahwa bermain video games kekerasan cenderung meningkatkan tingkat perilaku agresif yang bisa berujung kepada perilaku kriminal yang mematikan.

Di sisi lain, tak bisa dimungkiri bahwa beberapa video games memang memasukkan unsur kekerasan di dalamnya. Meski begitu, kebijakan yang berlaku saat ini mengharuskan setiap pengembang video games memberikan rating yang menunjukkan usia ideal pemain games tersebut. Sama seperti rating di film, sistem rating ini juga membatasi pemain yang di bawah umur untuk memainkan games dengan unsur kekerasan.

Halaman selanjutnya: gameplay rumit khusus orang dewasa...

Gameplay rumit

Lebih dari itu, video games yang ditujukan untuk pemain berusia 18 ke atas dengan unsur violence di dalamnya juga memiliki gameplay yang rumit. games seperti Resident Evil hingga Call of Duty mengharuskan pemainnya memiliki kecepatan aim, kemampuan menyusun strategi, hingga menyelesaikan misi panjang yang sulit.

Karena itu, jelas tak bisa dikatakan bahwa video games hanya untuk anak-anak. Namun, ada juga video games yang tak mengandung unsur kekerasan tapi tetap ditujukan untuk player dewasa karena rumitnya gameplay dan suramnya topik yang menjadi tema games tersebut, seperti Death Stranding.

Game Death StrandingGames Death Stranding Foto: (Death Stranding)

Ditambah lagi, saat in eksistensi esports sebagai ranah kompetitif untuk para pemain video games telah semakin berkembang. Dengan begitu, video games tak lagi untuk sekadar main-main, tetapi juga menjadi kompetisi yang sportif dengan nilai hadiah yang fantastis.

Beberapa pro player esports terkenal di dunia bahkan telah menjadi miliuner karena bermain games. Mulai dari bermain di PC, konsol seperti PlayStation, hingga smartphone, para pro player ini bisa menunjukkan keseriusan mereka bermain video games secara kompetitif.

Jadi, anggapan bahwa video games hanya untuk anak-anak bisa dibilang sebagai anggapan yang kuno dan tak benar. Nyatanya, ada banyak games yang ditujukan untuk pemain usia dewasa hingga terbentuknya dunia kompetitif esports yang memandang serius video games.

Dengan semakin berkembangnya esports dan para pengembang video games pun semakin banyak membuat games untuk pemain dewasa. Maka, anggapan video games untuk anak-anak sudah tidak valid lagi.

*Artikel ini merupakan kerja sama antara detikINET dengan Team RRQ.