Kecanduan game masuk dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem (ICD-11). Kecanduan game sendiri sebenarnya sudah masuk ke dalam draf klasifikasi tersebut sejak 2017, namun baru kali ini semua anggota WHO menyetujui draf tersebut, dan akan berlaku pada 1 Januari 2022.
Sebagai informasi, ICD merupakan daftar penyakit, gejala, tanda dan penyebab yang dikeluarkan oleh organisasi yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut. Kecanduan game sendiri diklasifikasikan ke dalam daftar disorders due to addictive behavior, atau penyakit yang disebabkan oleh kecanduan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr. John Jiao, lewat kicauannya di Twitter, menjelaskan soal klasifikasi kecanduan game ini, yang disebutnya sebagai video game addiction (VGA) disorder. Menurut Jiao, ada beberapa hal yang harus diingat dari kecanduan game ini.
"VGA bukan terkait jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain. Melainkan saat game lebih dipentingkan ketimbang kesehatan, kebersihan, hubungan, finansial, dan lainnya," tulis Jiao di akun @JohnJiao.
Diagnosa VGA tak bisa ditetapkan ke seseorang yang bermain game selama berjam-jam tanpa memantaunya selama 12 bulan berturut-turut, demikian dikutip detikINET dari Mashable, Senin (27/5/2019).
"Contohnya adalah, jika pekerjaan anda adalah untuk melakukan streaming video game dan anda bermain 12 jam per hari namun bisa membayar tagihan-tagihan anda, tetap berkumpul bersama teman, mempunyai hubungan, maka itu bukan kecanduan," tambahnya.
"Namun ketika anda bermain 4 jam per hari namun itu menyebabkan anda mengabaikan keluarga, dipecat dari pekerjaan, dan lainnya, itu adalah kecanduan," tegas Jiao.
Tonton juga video Geguri, Atlet eSports Wanita Pertama dari Game Overwatch:
(asj/krs)