Bermula ketika Kris yang tak lain adalah CEO & Co-Founder Toge Productions tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta pada tanggal 27 November 2017. Kala itu ia sehabis melakukan perjalanan dari Singapura untuk mengambil DevKit Nintendo Switch.
"Di Asia Tenggara, hanya Singapura yang masuk dalam daftar putih negara dengan perusahaan pengembang game konsol. Karenanya, untuk bisa mendapatkan DevKit ini saya harus mengirimnya ke Singapura," ujar Kris ketika berbincang dengan detikINET via telepon, Senin (5/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa pemilik konsol belum berani mengirim ke Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lain, seperti proses birokrasi yang rumit, legal hukum, perlindungan hak cipta, tingginya pembajakan, dan lainnya. Selain itu, DevKit sendiri menjadi hardware yang sensitif, karena terdapat banyak rahasia perusahaan di dalamnya.
Sesampainya di bandara Soekarno Hatta, seperti biasa Kris mengisi formulir deklarasi. Namun, ketika akan melangkah keluar ia terkena pengecekan random dan di situ ia kedapatan membawa tiga buah DeKit Nintendo Switch yang menurut pihak Bea Cukai dianggap sebagai tiga boks mainan konsol video game.
![]() |
"Pada saat itu saya mencoba menjelaskan apa itu DevKit. Tapi, karena penjelasan kurang baik malah ditahan dengan alasan perlu dilakukan investigasi," paparnya.
Tak putus asa, ia mencoba untuk menghubungi Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) untuk meminta bantuan. Beruntung, pihak Bekraf dan AGI mau memberikan bantuan.
Dan kini, setelah hampir tiga bulan sempat tertahan, akhirnya DevKit Nintendo Switch ini sampai ke tangan Toge Production. DevKit ini sendiri menjadi salah satu pintu masuk game-game lokal ke kancah internasiona, khususnya di jagat game konsol. (mag/rou)