Padahal, menurut Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Yudi Suharsono, anak membutuhkan pendampingan orangtua ketika bermain game. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk mental si anak.
"Ada dua sudut pandang yang berbeda antara orangtua dan anak. Orangtua menganggap game sebagai hal yang negatif karena mengganggu belajar, sementara si anak menganggap game sebagai hiburan," paparnya di sekolah Bina Bangsa, Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dengan demmikian, Yudi menilai harus ada kesepahaman di antara keduanya. Sehingga nantinya, bisa tercipta sebuah sinergi antara anak bermain game dengan orangtua yang bisa mendampingi.
"Perlu pendampingan orangtua bagaimana anak-anak agar bisa mengendalikan emosi. Semisal, bermain game kalah, gebrak keyboard, gebrak meja, ngomong kasar. Orangtua harus menasihati yang baik," ucapnya.
"Kalau ingin memanfaatkan game dengan baik, maka harus ada self control yang baik. Bagaimana? Ya itu tadi, harus ada orangtua di pendampingan," tambahnya.
![]() |
Ia pun menganalogikan hal ini dengan sepeda motor. Kepada audiens, Yudi bertanya apakah sepeda motor itu berbahaya atau tidak.
"Tergantung bagaimana orang yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik, maka itu dianggap berbahaya. Yang tidak bisa membawa dengan benar, orang akan nyasar ke mana-mana. Tapi kalau benar, bisa mencapai tujuan dengan cepat," pungkasnya.
Paparan Yudi tentang pendampingan dan dukungan orangtua dalam minat anak dalam game atau eSport ini disampaikan bersamaan dengan kerjasama antara warnet Hardcore dengan sekolah Bina Bangsa Malang. Dalam kerjasama ini, pihak sekolah meminta warnet Hardcore untuk mengadakan pelatihan boot camp eSport kepada muridnya. (rns/rns)