Gamenya Dibajak, Oculus Gusar
Hide Ads

Gamenya Dibajak, Oculus Gusar

Muhammad Alif Goenawan - detikInet
Senin, 18 Apr 2016 11:21 WIB
Foto: internet
Jakarta - Produsen headset virtual reality Oculus menyatakan kegusarannya terhadap software third-party yang hadir di headset virtual reality Vive, Revive. Anak perusahaan Facebook itu lantas menyebut Revive sebagai tindakan meretas yang tentu saja ilegal.

Ketika merilis headset virtual reality jagoannya, masing-masing produsen punya game eksklusif tersendiri yang hadir sebagai bundle pembelian headset. Di headset Rift misalnya, Oculus menghadirkan dua game eksklusif bertajuk Eve: Valkyrie dan Lucky's Tale yang sejatinya hanya bisa dimainkan melalui platform Oculus.

Namun pada kenyatannya, pada 14 April 2016 lalu muncul sebuah postingan di forum Reddit yang isinya memberitahu bagaimana memainkan game Lucky's Tale dan Oculus Dreamdeck di luar headset Rift. Adapun headset yang dimaksud tak lain adalah Vive, headset virtual reality besutan HTC dan Valve.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk bisa memainkan game-game Oculus tadi, pengguna Vive harus menginstal sebuah software third-party yang bernama Revive. Dari pengalaman sejumlah pengguna, beberapa ada yang mengatakan Revive bekerja dengan baik, sebagian lagi mengeluhkan adanya eror.

Tak butuh waktu lama bagi Oculus untuk menyadari adanya informasi ini. Melalui pernyatannya, Oculus mengatakan bahwa ini merupakan tindakan peretasan dan mereka tidak merestuinya.


"Pengguna harus menduga bahwa game retasan bekerja tidak presisi. Sebagai mana hadir pembaruan software regular pada game, aplikasi dan platform guna menghentikan software bajakan," tulis Oculus dikutip detikINET dari Gamespot, Senin (18/4/2016).

Menanggapi pernyataan Oculus, kreator dari Revive, yakni CrossVR mengatakan bahwa reaksi dari Oculus dianggap sah-sah saja. "Tentu saja, mereka tidak merestuinya. Itu artinya mereka harus secara aktif mendukung proyek Revive, yang mana benar-benar di luar kendali mereka. Tapi, dari reaksinya, mereka sepertinya tidak benar-benar aktif melarangnya," tutur CrossVR. (mag/ash)