Mencari Teroris, dari Atas Meja Hingga Dunia Maya
Hide Ads

Game Features

Mencari Teroris, dari Atas Meja Hingga Dunia Maya

- detikInet
Selasa, 23 Feb 2010 17:50 WIB
Jakarta - Sekelompok teroris berbahaya mulai berkeliaran di sekitar kota. Dengan jaringannya yang begitu luas, mereka bisa siapa saja. Dari mulai pejabat ternama, musisi pujaan, atau sekedar orang biasa. Hanya seorang detektif sejati yang akan mampu membongkar komplotan berbaya ini.

Cerita di atas adalah ide dasar dari sebuah board game menarik yang berjudul “Black Vienna”. Board game ini diciptakan oleh Prof. Gilbert Obermair pada tahun 1987. Dalam permainan ini setiap pemain berperan sebagai seorang detektif yang berusaha untuk bisa mengungkap identitas anggota kelompok teroris berbahaya yang dikenal dengan nama Black Vienna.

Material dan mekanisme permainan ini relatif sederhana. Materialnya hanya terdiri dari 27 kartu identitas (kartu huruf A-Z dan Ö), beberapa kartu interogasi (terdiri atas 3 huruf) dan beberapa chip.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal permainan 3 kartu identitas  disimpan tertutup (3 kartu ini mewakili identitas anggota Black Vienna), sisanya dibagi rata kepada setiap pemain. Masing-masing pemain harus mengoptimalkan kemampuan analisisnya (deduksi) untuk mengungkap identitas para anggota Black Vienna (3 kartu yang tertutup).

Bergiliran, para pemain harus mencari informasi dari pemain lainnya dengan memainkan kartu interogasi yang terdiri dari 3 huruf. Pemain yang diinterogasi melihat seluruh kartu identitas yang ia pegang, dan harus menempatkan chip (0, 1, 2 atau 3), tergantung berapa jumlah huruf pada kartu identitas yang ia miliki yang juga terdapat pada kartu interogasi yang dimainkan. Pemain pertama yang berhasil menemukan ketiga identitas Black Vienna adalah pemenangnya

Walaupun terkesan sangat sederhana, dalam permainan ini setiap pemain dituntut untuk mengembangkan kemampuan analisanya (deduksi) secara maksimal. Selain itu, lewat permainan ini Prof. Gilbert Obermair juga mampu menunjukkan satu konsep analisis (deduksi) matematis dengan cara yang sangat menarik.

Di Dunia Maya

Beberapa waktu lalu, seiring dengan mulai beredarnya film “Sherlock Holmes”, kita juga disuguhi sebuah online game tentang Sherlock Holmes yang berjudul “221b”. Dalam permainan ini setiap pemain berperan sebagai Sherlock Holmes atau Dr. Watson dan berusaha untuk mengungkap identitas seorang penjahat berbahaya dengan cara menginterogasi berbagai karakter yang ada.

Kemampuan untuk mendapatkan jawaban yang tepat dari tiap karakter tersebut akan menentukan keberhasilan tiap pemain dalam mengungkap identitas penjahat yang dicari. Yang paling menarik dari permainan ini adalah teknologi yang ada di belakangnya.

Rollo Carpenter, pemenang dua Loebner Prize (kompetisi tahunan di bidang kecerdasan buatan yang diberikan pada program percakapan/chatbot terbaik ) adalah tokoh utama di balik permainan ini. Dengan program ciptaannya tiap karakter dalam “221b” mampu menganalisis tiap pertanyaan yang diberikan dan memberikan respon yang tepat.

Dari gambaran singkat di atas, walau media serta teknologinya sangat berbeda, kita bisa menemukan kesamaan konsep dan ide dari kedua game tersebut (Black Vienna dan 221b). Kita kemudian bisa menarik kesimpulan bahwa board game sangat mungkin menjadi sebuah stimulus yang baik untuk menciptakan sebuah permainan elektronik yang berkualitas.

Dalam konteks yang lebih luas, board game juga sangat mungkin mampu merangsang tumbuh kembangnya berbagai karya kreatif lainnya. Selain itu, board game juga bisa digunakan sebagai alat peraga terbaik untuk menunjukkan suatu algoritma yang kompleks secara menarik, dan ketika kita perluas cakupannya, board game memiliki potensi yang sangat besar sebagai alat edukasi yang inovatif.

Berbagai hal tersebut menjadi beberapa bukti betapa sebuah board game memiliki berbagai potensi besar. Ketika sebuah board game terbukti memiliki berbagai potensi besar, kenapa kita mesti menunggu untuk mencobanya?

Penulis, Eko Nugroho, adalah editor di Kummara dan Staf Pengajar Statistika Universitas Padjadjaran
(wsh/wsh)

Berita Terkait