Untuk keluar dari problem itu, ada trik klasik yang dapat dilakukan berupa kertas framing. Yakni kertas bantu yang dibuat berlobang mirip viewfinder kamera. Lobang tersebut akan menuntun mata untuk menemukan apa-apa yang menarik dan tidak. Sekaligus membuat sesuatu yang kompleks dan terlihat membingungkan menjadi lebih sederhana dan mudah dicerna.
Trik ini bisa dimulai dengan menyiapkan kertas karton hitam. Potonglah kira-kira ukuran 5R kertas foto (17cmx12cm). Kemudian lobangi di bagian tengah pada 3 ukuran yang berbeda: 1:1, 3:2 dan 16:9. Perbandingan panjang x lebar tersebut mewakili 3 aspek rasio foto yang populer: square, standar dan sinema. Buat sedemikian rupa sehingga menyerupai framing pigura atau viewfender kamera.
![]() |
Sejalan dengan proses tersebut abaikan elemen lain di luar kertas/frame. Lihatlah dengan fokus apa yang ada di dalam kotak itu. Lakukan di beberapa tempat, sisir dari yang besar hingga subjek yang detil. Lakukan beberapakali sampai setidaknya menemukan subjek yang menarik. Jika beruntung Anda dapat menemukan 3,4,5 atau lebih cerita yang berbeda.
Perhatikan perbedaan aspek rasio yang tidak sama dari kertas bantuan tersebut. Kemudian tentukan sesuai kebutuhan dan kesukaan masing-masing. Senyampang dengan itu, perhatikan kemampuan daya jangkau lensa . Apakah wide, normal atau tele. Apakah perlu mendekat ataukah cukup zooming.
![]() |
Dengan kertas framing, fotografer diajak menjadi eksekutor yang tegas karena berani 'menghilangkan' fakta dan data yang tidak diperlukan dari kamera. Dan yang terpenting cukup membantu mendapatkan foto yang efektif tanpa harus kehilangan kompleksitas cerita dan estetika. (Ari/asj)