Masa pre order GFX 100 berlangsung selama bulan Agustus lalu, dan pemesannya selama satu bulan itu mencapai 30an orang. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain, pemesan GFX 100 di Indonesia ini adalah yang paling tinggi.
"Pemesannya selama masa pre order itu mencapai 30an unit. Padahal kami prediksi cuma 10 unit," ujar Sales Manager Electronic Imagung Division Fujifilm Indonesia Wawan Setiawan yang ditemui detikINET di sela-sela peluncuran kamera X-A7.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Fujifilm Rilis X-A7, Si Mirrorless Pintar |
"Yang repot adalah ada yang mau duluan dapet unitnya. Misalnya ada yang mau dibawa buat jalan-jalan ke luar negeri," pungkasnya.
Paling laku tetap entry level
Meski jumlah pemesan GFX 100 itu terbilang tinggi, Wawan tak menampik kalau memang penjualan kameranya yang tertinggi tetap di kelas entry level dan menengah. Menurutnya kamera entry level itu adalah yang harganya di bawah Rp 10 juta, sementara kamera menengah kisaran harganya dari Rp 10 juta sampai Rp 20 juta.
Saat ini, dari kelas itu yang paling laku tetaplah seri XA yang merupakan seri entry level di mirrorless buatan Fujifilm. Namun selisihnya sudah tak terlampau jauh dibanding dengan seri mirrorless menengah pabrikan asal Jepang itu.
Baca juga: Fuji GFX 100 Bikin Fotografi Lebih Kreatif |
"Sekarang di kelas mid (menengah) mulai naik persentasenya," ujar Wawan.
Ia pun tak memungkiri kalau pesaing paling besar dari produsen kamera mirrorless tetaplah smartphone. Karena itulah, menurutnya, Fujifilm menyesuaikan fitur-fitur di kamera mirrorlessnya dengan kebutuhan pengguna smartphone.
(asj/fyk)