Lensa Berdiafragma Besar, Bisa Apa Selain Bokeh?
Hide Ads

Tips Fotografi

Lensa Berdiafragma Besar, Bisa Apa Selain Bokeh?

Ari Saputra - detikInet
Senin, 03 Okt 2016 08:25 WIB
Angka-angka yang menunjukan besaran diafragma pada lensa jadul. (Foto: Ari Saputra/detikINET)
Jakarta - Lensa dengan diafragma (bukaan) besar seperti f/1.2, f/1,4 dan f/1,8 memungkinkan cahaya masuk ke kamera lebih banyak. Akibatnya speed bisa lebih cepat saat kondisi low light. Seiring dengan itu, efek bokeh pun muncul dan bisa mempercantik gambar.

Namun penjelasan tersebut tidak menyelesaikan pertanyaan kenapa lensa berdiafragma besar menjadi favorit siapa saja. Berikut beberapa hal yang patut diketahui selain hal di atas.

Pertama, fotografer bisa memaksimalkan karakter dan personifikasi subjek. Yaitu dengan mengeliminasi background/foreground maka subjek akan tampil lebih menonjol. Fotografer tidak perlu bercerita tentang 'lingkungan' yang ada di sekeliling subjek. Lingkungan subjek dinilai tidak penting selain alasan, misalnya, atributif atau estetika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, fotografer dapat menghilangkan elemen lain yang dianggap tidak perlu dan mengganggu. Misalkan pemotretan di tempat umum yang terdapat berbagai merek komersial maka cukup membuka lensa pada diafragma terbesar. Lalu jepretlah subjek dengan jarak cukup jauh sehingga elemen tersebut pudar/blur.

Ketiga, fotografer dapat bermain efek vignette. Efek ini muncul dengan lembut, tipis, tak terlalu pekat namun mampu mengangkat karakter subjek dengan apik. Meski bisa tergantikan oleh aplikasi dan sofware fotografi, memperoleh vignette langsung dari lensa menjadi sensasi tersendiri.

Kolase foto dengan diafragma besar, dari f/1,4 hingga f/2,8. (Foto-foto: Ari Saputra/detikINET)Kolase foto dengan diafragma besar, dari f/1,4 hingga f/2,8. (Foto-foto: Ari Saputra/detikINET)

Vignette tersebut muncul karena bukaan besar terdistorsi oleh pendar cahaya yang masuk ke rana. Kondisi itu mengakibatkan cahaya lebih terkonsentrasi pada satu titik. Cobalah pada diafragma f/1,4 atau f/1,8 pada background putih untuk menemukan vignete tersebut.

Keempat, diafragma besar membutuhkan kekuatan auto fokus lensa yang prima. Juga kondisi body kamera yang fit untuk mengimbangi kinerja lensa.

Perbedaan lapisan subjek yang tipis β€” biasanya pada kondisi low light β€” membuat lensa harus bekerja ekstra keras mencengkeram titik fokus. Biasanya akan maju-mundur hingga mendapatkan fokus utama. Solusinya dapat mengubahnya menjadi manual fokus. Itupun dengan catatan pada subjek yang tidak banyak bergerak dan bisa diarahkan.

Kelima, menggunakan diafragma besar berarti fotografer sudah memastikan bagian-bagian mana yang harus tajam dan mana yang dibuat bokeh. Agak berbeda jika menggunakan diafragma kecil (f/8, f/9, f/11, dst), fotografer masih bisa mengoreksi menjadi blur atau bokeh melalui piranti lunak atau aplikasi tertentu.

Keenam, masih banyak fotografer menghindari permainan diafragma besar meski fitur tersebut terdapat dalam lensa yang dipunyai. Salah satu alasannya yakni untuk akurasi data, warna, tekstur maupun informasi.

Seperti fotografer arsitektur, interior, lansekap dan sebagian fotografer komersil dan fotojurnalis menghindarinya dengan alasan tersebut. Begitupula untuk foto-foto traveling atau foto budaya yang lebih menonjolkan informasi dan kekuatan cerita melalui depth of field yang lebar.

Apapun itu, sebagai fotografer yang berencana atau telah mempunyai lensa berdiafragma besar perlu memaksimalkan penggunaannya. Pastikan mengetahui kapan harus bermain bokeh dan kapan harus menggunakan diafragma kecil. Tidak sekedar 'yang penting bokeh' melainkan mempunyai target dan alasan yang bisa dijelaskan.

(Ari/rou)
Berita Terkait