.webp)
Hal yang dimaksud adalah ciri khas kamera itu sendiri yang mewakili gaya penggunanya, seperti shooting style, penentuan pengaturan, dan lain-lain. Kamera di ponsel tidak memiliki hal ini, sebab biasanya pengguna kamera ponsel memiliki gaya yang lempeng saja.
"Kamera punya shooting style, dan lain-lain. Smartphone beda, mereka tidak memiliki hal itu. Kamera bisa memberikan kepuasan sendiri bagi penggunanya, misal ketika melakukan pengaturan. Hal semacam ini ponsel tak bisa menggantikan," kata Masatsugu Naito, Managing Director Fujifilm APAC, saat ditemui detikINET di sela acara Photokina 2016, di Cologne, Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Masatsugu Naito, Managing Director Fujifilm APAC (foto: Yudhianto/detikINET) |
Seperti diketahui, cukup banyak ponsel saat ini yang telah dibekali kemampuan kamera mumpuni. Galaxy S7 misalnya, ponsel garapan Samsung ini kini telah mengusung teknologi dual pixel yang juga digunakan di kamera sungguhan. Belum lagi adanya teknologi seperti laser focus dan yang lainnya yang juga telah dibenamkan di kamera ponsel.
Tapi apapun itu, sepertinya cukup sulit bagi kamera ponsel untuk bisa menandingi kamera sungguhan. Karena itu tadi, kamera sungguhan menawarkan banyak konfigurasi yang bisa dipilih. Di sisi lain sensasi ketika mengambil gambar menggunakan kamera sungguhan sangat jauh berbeda dengan kamera ponsel yang asal jepret.
Secara tak langsung kamera ponsel mungkin telah menggerus eksistensi kamera saku di kelas low-end. Bahkan tak sedikit produsen ponsel yang sudah menyadari itu, dan mulai memfokuskan bisnisnya di segmen yang lebih tinggi.
Jadilah mirrorless digeber, seperti yang juga dilakukan Fujifilm. Namun sejak mengumumkan mirrorless medium format GFX 50S, Fujifilm ini dipastikan merambah segmen yang lebih tinggi lagi. Dan jelas ini bukanlah hal yang bisa disaingi oleh kamera ponsel manapun.
Baca juga: Kumpulan Artikel 'Photokina Surga Penikmat Fotografi'.
(yud/rou)
