.webp)
Akibat perilaku konsumen yang beralih ke kamera smartphone, penjualan pun merosot dari angka 200.000 unit pada tahun 2014 lalu, menjadi 150.000 unit hingga akhir tahun 2015 ini.
Namun begitu, Canon mengaku cukup optimistis masih bisa tumbuh dengan membidik segmen prosumer. Segmen ini dinilai masih potensial karena menginginkan kamera yang berkualitas namun tetap ringkas dan mudah dibagi ke media lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam dua tahun terakhir, terlihat sekali perbedaan dari karakter pembeli kita. Kalau entry level, hanya untuk memoto itu sudah jarang yang menggunakan kamera digital. Mereka akan menggunakan kamera ponselnya," kata Merry Harun.
"Itu sebabnya, kami membidik segmen yang perlu kamera prosumer. Mereka yang ingin mendapatkan foto bagus tetapi tidak mau repot seting manual atau gonta-ganti lensa, bodinya yang berat. Nah, itu segmen yang kita bidik, katagori kamera compact," imbuhnya.
Selain itu, menurut Merry, kemampuan kamera smartphone tidak bisa menggantikan 'kamera sungguhan'. Sebab, bagus tidaknya hasil foto tidak hanya bertumpu pada faktor sensor (megapixel) melainkan lensa dan prosesor.
"Kamera ponsel tidak akan menggantikan kamera digital. Karena sebagus-bagusnya lensa di ponsel itu tidak sebaik lensa di kamera digital dengan spesifikasi yang sama," tandas Merry.
"Di samping lensa dan resolusi, image processing itu penting sekali. Digital image tidak lepas dari image processing," lanjutnya.
Untuk menjawab tantangan smartphone tersebut, rencananya Canon akan merilis 2 varian kamera prosumer yang berkemampuan tinggi yakni G5x dan G9x. Hanya saja, Canon belum mau mengungkap spesifikasi keduanya hingga peluncuran resminya.
(Ari/rou)
