Beberapa tahun belakangan, penjualan kamera compact terjun bebas, kamera yang dapat berganti lensa terutama DSLR juga menukik tajam, sedangkan kamera mirrorless yang cukup fresh, ternyata total penjualannya datar-datar saja. Di lain pihak, penjualan smartphone dan kamera aksi seperti GoPro meningkat dan masih menjadi tren saat ini.
Mengapa demikian? Apakah smartphone dan action cam adalah penyebab utama penurunan penjualan kamera digital? Kalau dipikirkan, sekilas iya. Kamera smartphone high end saat ini sudah cukup bagus dalam menangkap detail (megapixel banyak) dan cukup baik untuk kondisi cahaya gelap.
Action cam punya kelebihan di ukurannya yang kecil tapi tahan banting (air), dapat dipasang di mana saja, dan punya lensa yang sangat lebar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di lain pihak, kamera digital berjenis DSLR dan kamera compact tidak memiliki inovasi yang berarti dalam beberapa tahun belakangan ini. Kebanyakan hanya berkutat di peningkatan spesikasi seperti resolusi/megapixel, kecepatan foto berturut-turut, besar layar monitor dan lain-lain.
Peningkatan spesifikasi seperti itu mungkin efektif di antara tahun 2005-2010. Saat itu, peningkatan dari 2MP ke 6MP merupakan hal yang signifikan. Termasuk peningkatan kecepatan foto berturut-turut dari tiga foto per detik menjadi lima atau enam per detik.
Tapi beberapa tahun terakhir ini, sebagian besar penghobi fotografi merasa peningkatan kamera compact/DSLR tidak lagi signifikan. Oleh sebab itu, mereka berhenti memperbaharui kamera mereka dan menghabiskan uang mereka ke gadget alternatif lainnya.
Supaya kamera digital bisa bergairah kembali seperti tahun 2015-2010, diperlukan terobosan dan inovasi baru. Sebagai pengamat dan praktisi fotografi, saya ingin memberikan beberapa saran saya yaitu:
1. Ukuran dan berat kamera digital harus lebih kecil dan ringan
Ukuran dan berat tetap menjadi hal yang utama. Jika kamera dan lensa dirasa memberatkan dan tidak praktis, sebagus apapun hasil foto yang dapat dihasilkan, kebanyakan orang tidak akan tertarik untuk membeli dan mengunakannya.
2. Mudah dan intuitif untuk digunakan
Kesuksesan smartphone dan actioncam terletak pada kemudahan pemakaiannya. Sebagian besar kamera baru terasa semakin rumit dengan banyaknya mode dan setelan yang harus dipilih. Saya menyambut baik desain kamera yang minimalis, mudah digunakan dan tidak terlalu banyak isi menunya dan tidak mengunakan istilah fotografi yang terlalu teknis dan membingungkan orang awam.
3. Mudah untuk editing
Salah satu fitur yang sering ditanyakan oleh teman-teman dan murid-murid saya adalah apakah bisa mengedit foto langsung di dalam kamera? Sebagian kamera memang sudah memiliki fitur editing foto, tapi menurut saya masih sangat sederhana. Dibandingkan dengan aplikasi editing di smartphone atau tablet, software untuk mengedit di dalam kamera terasa sangat kuno. Selain itu, proses editing di kamera masih terasa lambat.
4. Konektivitas
Setelah proses editing, pengguna kamera di era sekarang tentunya ingin berbagi kepada teman atau keluarganya. Saat ini, meskipun sudah ada WiFi untuk transfer file ke smartphone, tapi masih langka kamera yang dapat langsung mengirim foto ke media sosial atau orang lain melalui e-mail, messenger dan lain lain.
5. Kecepatan
Mungkin sudah ada kamera yang memenuhi syarat di atas, tapi masih banyak kamera yang masih agak lamban untuk standar saat ini, dan hal tersebut membuat pengguna tidak sabar. Kecepatan startup-shutdown kamera, memotret berturut-turut, meninjau gambar, autofokus di kondisi gelap dan operasional kamera secara umum harus sangat cepat/responsif.
Saat ini masyarakat sudah termanjakan dengan prosesor dengan banyak inti (dual core-quad core bahkan octacore) yang terdapat di smartphone masa kini. Sebagian besar tidak memiliki kesabaran untuk menunggu setiap memberikan instruksi kepada kamera untuk melakukan sesuatu. 0,5-1 detik saja pun sudah termasuk lambat di era sekarang.
6. Tidak terburu-buru mengeluarkan produk baru
Mungkin karena persaingan yang sengit dan tuntutan pasar, hampir setiap tahun, produsen kamera memperbaharui model kameranya. Padahal sepuluh tahun yang lalu, setiap model kamera biasanya hanya diperbaharui sekitar 2 tahun untuk kamera pemula, dan 4 tahun untuk kamera profesional. Karena satu tahun waktu yang terlalu singkat untuk berinovasi, banyak kamera yang tidak banyak peningkatannya dibandingkan pendahulunya.
Produsen kamera juga tidak sempat lagi menguji kameranya secara total, akibatnya kelemahan-kelemahan kamera banyak yang terkuak saat di tangan fotografer dan khalayak umum. Setelah menerima banyak keluhan, akhirnya produsen harus berulang kali merevisi firmware kameranya untuk mengkoreksi masalah yang timbul.
Dengan mengkaji ulang desain kamera saat ini dan terus melakukan inovatif yang ramah terhadap kebutuhan pengguna. Harapan saya, kamera digital baik compact, mirrorless dan DSLR mudah-mudahan bisa lebih diminati di tahun depan. Sebaliknya jika produsen kamera tetap melakukan hal yang serupa, maka masyarakat akan semakin jenuh dan berpaling ke gadget lainnya yang lebih memenuhi kebutuhan mereka.
Mau konsultasi berbagai hal seputar fotografi? Kirim saja pertanyaan ke Klinik IT detikINET di link berikut.
Yuk, belajar fotografi, editing dan ikut tur fotografi dengan infofotografi.com.