Adalah fotografer Dean West yang diajak bekerja sama mewujudkan imajinasi seniman bricks Nathan Sawaya. Keduanya memadukan seni patung tiga dimensi dan fotografi olah digital yang berkarakter. Hasilnya mengagumkan. Mirip pameran instalasi tetapi bukan. Dibilang karya kontemporer namun masih menggunakan media print fotografi konvensional.
Seperti terlihat pada pameran 'In Pieces' di Zurich, Swiss yang akan berlangsung hingga Februari tahun depan. Para pengunjung tidak berhenti mengamati dengan detail dan berdecak kagum atas kerja keras Dean West dan Nathan Sawaya di ruang pamer Puls5, kawasan Techno Park di jantung Eropa itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keterangan foto: Gadis bergaun merah yang berkibar tertiup angin. Gaun ini yang diubah menjadi karya patung oleh Nathan Sawaya. (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Oleh Nathan Sawaya, gaun merah yang tertiup angin tersebut dibuat menjadi karya patung menggunakan permainan bricks Lego. Gaunnya digantungkan ke langit-langit pameran untuk memberi kesan berkibar. Sementara detail apik dengan memberi sentuhan potongan-potongan bricks yang terburai mirip anai-anai tertiup angin.
"Kombinasi tersebut tidak hanya dibangun berdasar estetika, tetapi juga mengajak pengunjung untuk mendekonstruksi setiap potongan dan mengkontruksi identitas budaya masing-masing," kata Nathan Sawaya dalam pesan multimedia yang diperdengarkan kepada setiap pengunjung termasuk penulis, beberapa waktu lalu.
Sebaliknya, dalam karya lain giliran fotografer yang mengadopsi patung bricks untuk menjadi elemen utama fotografi. Seperti foto gadis dengan anjing kesayangannya. Perempuan itu digambarkan di tepi jalan memegang anjing di depan butik baju. Nah, anjing dan manekin di butik itu menggunakan karya bricks Lego Nathan Sawaya.
Sentuhan sempurna Dean West juga terlihat dari karya 'Kamar Mandi'. Digambarkan seorang pria di kamar mandi dengan sandal jepit dan handuk tergantung di dinding. Baik sandal dan handuk tersebut mampu hidup dan masuk dalam cerita utuh tanpa harus kehilangan identitas bricks.
Keterangan foto: Foto kamar mandi dengan sandal jepit dan handuk dari patung bricks. Handuk dan sandal dipamerkan di samping foto tersebut. (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Secara fotografi, semua terlihat alamiah dan mengajak siapa saja untuk merenungkan ulang apa-apa yang ada di sekitar kita. Dean West yang lahir dan besar di Australia itu mampu menangkap ide Nathan Sawaya dan memberi penjelasan kepada publik dengan bahasa gambar yang komunikatif.
"Pameran ini berdasarkan pada ide soal alam, budaya, dan lebih khusus lagi soal identitas. Budaya telah banyak dikomersialisasikan dan dimanipulasi. Lewat karya inidigambarkan dengan mencolok bagaimana kehidupan kontemporer yang sudah dimanipulasi itu," kritik Nathan, mantan pengacara asal New York yang beralih menjadi seniman.
Sayang, pameran berkualitas ini tidak mampir ke Jakarta. Dean West dan Nathan hanya mampir di kota terdekat yakni Singapura. Selain itu juga menyambangi Shanghai, Melbourne, New York dan Los Angeles. Jadi tidak ada salahnya untuk menabung terlebih dahulu jika ingin melihat langsung karya inspiratif ini, bukan?
(Ari/ash)