Olympus OM1 ini adalah kamera yang spesial karena kamera ini adalah kamera mirrorless micro four thirds yang masih menggunakan brand Olympus. Kamera dan lensa setelah OM1 ini akan bermerk OM System, misalnya OM System M5 dan lensa OM System 12-40mm PRO. Kedua, kamera ini masih yang terbaik diantara kamera micro four thirds saat saya menulis review ini.
![]() |
Kamera ini menggunakan stacked sensor 20MP yang sangat cepat, sehingga bisa memotret kontinyu selama 10 foto per detik atau 120 foto per-detik dengan electronic shutter. Kamera Olympus juga terkenal dengan stabilizer di body yang mencapai 8 stop dan didukung sistem autofokus quad pixel phase detection yang canggih dengan kemampuan mendeteksi berbagai jenis subjek dengan bantuan AI.
Kesan pertama saya tentang kamera OM1 ini adalah kualitas body-nya yang kokoh meskipun ukurannya terlihat compact. Grip-nya cukup tinggi dan dalam untuk tangan yang agak besar, sehingga handling untuk waktu yang panjang lebih nyaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebagai kamera flagship untuk fotografer berpengalaman, kamera ini punya dua dial dan banyak tombol. Sesuai dengan body-nya tombol kamera kecil-kecil tapi cukup menonjol jadi cukup tactile. Sebagian besar tombol-tombol bisa dikustomisasi sesuai keinginan fotografer.
![]() |
Ada dua dial di depan belakang, dialnya cukup kecil dengan resisten yang cukup berat jadi tidak mudah mengubahnya tanpa sengaja. Pengalaman saya ini desain yang cukup baik meskipun saya lebih suka kalau dialnya sedikit lebih besar.
Menu Olympus ini ada dua, satu menu super control panel, yang menunjukkan setting-setting utama yang sering diubah. Kita bisa melihat sekilas apa saja setting yang ada, dan juga mengubah setting kamera dengan layar sentuh. Sebelumnya, kita perlu double tap di layarnya, baru menyentuh setting yang ingin kita ubah.
![]() |
Menu utamanya cukup banyak tapi dibandingkan dengan menu kamera Olympus seri sebelumnya, menu ini sudah banyak berubah, terlihat lebih tertata dan font-nya juga lebih rapi dan teratur sehingga mudah dibaca. Yang saya senangi dengan menu baru ini adalah pengelompokannnya yang menurut saya lebih masuk akal sehingga mencari menu item menjadi lebih mudah. Sebagai contoh, jika saya mencari computational photography, semuanya dikelompokkan dalam satu menu, tidak menyebar di berbagai halaman yang berbeda-beda. demikian juga tentang sistem autofokus dan setting yang berkaitan dengan video.
![]() |
Beberapa fitur unggulan Olympus OM1 yang jarang dijumpai di kamera lain terletak di computational photography. Salah satu yang saya uji adalah Live ND untuk foto air yang mengalir seperti air terjun. Fitur ini menurut saya sangat berguna bagi teman-teman petualang yang ingin bawa gear seringkas mungkin dan tidak mau direpotkan dengan gonta-ganti filter ND. Kita bisa langsung pilih berapa mulus aliran airnya dengan memilih tingkat ND-nya.
Keuntungan dan kelemahan dari fitur ini adalah di layar monitor kita bisa melihat simulasi pemulusan air, tapi kalau kita gerak-gerakan kameranya, layarnya jadi tidak jelas.
![]() |
![]() |
![]() |
Fungsi lain menarik yaitu Hi-Res mode, kamera bisa membuat foto dengan resolusi 80MP dengan memanfaatkan stabilizer untuk menggerakkan sensor dan menangkap beberapa foto dan menggabungkannya menjadi gambar yang lebih detail. Tadinya, fungsi ini harus di tripod, tapi di OM1 ini bisa handheld juga. Fitur ini bisa membantu fotografer yang perlu resolusi besar, misalnya cetak foto ukuran besar atau cropping, tapi subjek yang difoto idealnya tidak bergerak dan paling ideal tetap menggunakan tripod.
Satu lagi fungsi yang menarik dari OM1 adalah Pro capture, dimana kamera akan menangkap gambar terus menerus dan saat kita tekan tombol shutter kamera akan berhenti dan menampilkan foto-foto yang telah direkam sebelumnya. Fungsi ini sangat berguna untuk penggemar fotografer satwa seperti burung, dan beberapa olahraga tertentu.
Fungsi pro capture ini sangat membantu bagi fotografer supaya bisa mendapatkan momen yang paling tepat, misalnya saat burung mulai terbang atau ikan paus menyembul dari permukaan laut. Saya pribadi mencoba kamera ini untuk foto air terjun, portrait dan sekalian menguji lensa OM System 12-40mm f/2.8 PRO generasi ke-2 yang dipaketkan bersama kamera ini.
Secara umum saya mendapatkan hasil foto yang tajam dengan autofokus yang akurat. Untuk foto pemandangan seperti air terjun, secara sekilas sulit membedakan kualitasnya dengan kamera bersensor yang lebih besar karena ketajamannya sangat baik dari tengah ke ujung. Ketajaman di tingkat pixel saat zoom 100% juga oke banget.
![]() |
![]() |
Untuk foto portrait, bagi saya yang sering menggunakan lensa bukaan yg sangat besar, lensa 12-40mm yang berbukaan f/2.8 ini memang kadang merasa sedikit membatasi. Depth of field atau ruang tajamnya masih luas sehingga latar belakang mungkin belum cukup bokeh sesuai yang saya harapkan. Di sisi lain, saya cukup happy mendapati kualitas ketajaman lensa ini di f/2.8 sudah sangat tinggi terutama di 12-30mm sehingga tidak perlu stop down ke f/4 dan seterusnya.
Hanya ada satu yang unik yang perlu diperhatikan yaitu ring manual fokus ini bisa digeser untuk mengaktifkan manual fokus. Unik tapi harus hati2 karena kalau gak sengaja tergeser lensanya jadi manual fokus.
Sistem autofokusnya berjalan dengan baik dan tidak sulit bagi kamera untuk mendeteksi wajah dan mata di jarak dekat, namun kamera akan kebingungan saat subjek foto mengenakan kacamata atau masker, dan saat itu saya harus secara manual mengarahkan kotak area autofokus ke wajah.
![]() |
![]() |
Hasil foto dengan menggunakan profile Portrait menghasilkan warna-warna yang vivid/pekat saturasinya dari warna kulit sampai warna hijau daun di latar belakang. Mungkin ini yang Profile ini tergantung selera sebenarnya, bagi yang memotret dengan file RAW bisa mengganti profile dan mengedit di software seperti Adobe Lightroom.
Soal noise di ISO tinggi menurut saya yang masih oke sampai ISO 1600, dimana noise sudah cukup jelas terlihat terutama kalau kalian shoot RAW, tapi masih bisa dimuluskan dengan software. Kalau shoot JPG, ada pilihan noise filter dari yang low sampai high. Kalau sudah diatas ISO 3200 sebaiknya digunakan saat darurat saja.
![]() |
![]() |
Dari segi video OM1 bisa merekam 4K 60p 10bit 4:2:0 dan mendukung perekaman LOG-Gamma dan RAW 12-bit external recording. Jadi OM1 ini kompeten untuk merekam video juga. Hanya saja, fitur dan desain kamera ini lebih fokus ke fotografi jadi beberapa fitur videonya tidak selengkap kamera yang video-centric atau kamera cinema.
Keuntungan kamera ini adalah banyaknya pilihan lensa-lensa sistem micro four thirds yang rata-rata lebih compact dengan berbagai variasi pilihan harga. Contohnya lensa 12-40mm ini ekuivalen dengan 24-70mm tapi ukuran dan bobotnya lebih kecil dan ringan daripada lensa dari sistem kamera full frame.
Jadi kita tidak harus menggunakan lensa-lensa dari brand Olympus saja, tapi juga bisa dari Panasonic Lumix dan merk-merk lainnya yang bisa ditukar pasang ke kamera ini. Kamera ini relatif compact tapi tangguh dan kinerjanya sangat cepat. Kualitas fotonya juga sangat baik di berbagai kondisi pemotretan.
![]() |
![]() |
Sebagai informasi, Olympus OCCI telah berhenti mendistribusikan produk Olympus dan OM System beberapa tahun terakhir di Indonesia, tapi penggemar kamera Olympus tidak perlu sedih karena ada kabar baik. Kini sudah ada distributor resmi baru yaitu PT Digital Pratama Retailindo.
Bagi pemilik kamera Olympus/OM System dengan garansi OCCI masih akan mendapatkan layaran servis, tapi tidak bagi yang non-OCCI. Distributor baru ini akan memasarkan produk merk Olympus dan OM System di Indonesia. Harga Olympus OM1 saat ini adalah Rp32.999.000 dan kini tersedia di toko-toko kamera di Indonesia.
(jsn/jsn)