Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Bos Apple Ngaku Sulit Menuju Net Zero 2030, Ini Tantangannya

Bos Apple Ngaku Sulit Menuju Net Zero 2030, Ini Tantangannya


Adi Fida Rahman - detikInet

Lisa Jackson, Vice President of Environment, Policy, and Social Initiatives Apple
Bos Apple Ngaku Sulit Menuju Net Zero 2030, Ini Tantangannya Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Daftar Isi
Jakarta -

Apple telah memangkas emisi karbon globalnya lebih dari 60% sejak 2015. Namun, di balik capaian besar tersebut, jalan menuju target net zero carbon emission pada 2030 justru disebut semakin berat.

Hal ini diakui langsung oleh Lisa Jackson, Vice President of Environment, Policy, and Social Initiatives Apple. Menurutnya, semakin besar pengurangan emisi yang sudah dilakukan, semakin kompleks pula tantangan yang tersisa.

"Kami bangga dengan kemajuan yang sudah dicapai, tapi lima tahun ke depan akan menjadi fase yang paling sulit," ujar Lisa Jackson saat ditemui usai acara kelulusan Apple Developer Academy belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Apple 2030 Masih On Track

Apple pertama kali mengumumkan inisiatif Apple 2030 pada 2020. Targetnya bukan hanya menjadikan operasional perusahaan netral karbon, tetapi juga seluruh ekosistem bisnisnya-mulai dari proses produksi, rantai pasok, hingga penggunaan dan pengisian daya perangkat oleh konsumen.

Sejak 2020, operasional Apple secara global telah 100% menggunakan energi terbarukan dan mencapai status carbon neutral. Berdasarkan laporan Apple Environmental Progress Report 2025, total emisi gas rumah kaca Apple telah turun lebih dari 60% dibandingkan baseline tahun 2015. Angka ini mendekati target pengurangan langsung sebesar 75% yang ditetapkan untuk 2030, dengan sisa emisi akan dinetralisasi melalui proyek berbasis alam.

Menurut Lisa Jackson, tantangan paling besar datang dari rantai pasok global. Apple bekerja sama dengan ribuan pemasok di berbagai negara, terutama di Asia, yang memiliki kondisi infrastruktur energi berbeda-beda.

"Membantu supplier beralih ke energi bersih adalah pekerjaan yang sangat kompleks," katanya.

Apple 2030Apple menggunakan bahan daur ulang untuk perangkatnya. Foto: Apple

Apple tidak hanya menetapkan target, tetapi juga mendampingi pemasok dengan panduan teknis, pembiayaan, hingga integrasi energi terbarukan ke jaringan listrik lokal.

Selain energi, sumber emisi besar lainnya berasal dari bahan baku. Proses penambangan logam seperti aluminium, litium, kobalt, dan emas memiliki jejak karbon tinggi. Untuk mengatasinya, Apple terus meningkatkan penggunaan material daur ulang pada produknya.

Pada lini iPhone terbaru, Apple telah menggunakan sekitar 30% bahan daur ulang, termasuk aluminium daur ulang pada rangka, kobalt dan litium daur ulang pada baterai, serta emas dan timah daur ulang pada komponen internal. Sementara itu, MacBook Air menjadi salah satu produk Apple dengan persentase material daur ulang tertinggi.

Pengiriman produk ke seluruh dunia juga menjadi tantangan tersendiri. Apple kini memprioritaskan pengiriman laut yang lebih rendah emisi dibandingkan udara, meski berdampak pada jadwal distribusi yang lebih ketat.

"Kami harus menyeimbangkan tuntutan bisnis dengan komitmen lingkungan," jelas Jackson. Strategi ini dinilai penting untuk menekan emisi dari sektor logistik yang selama ini menjadi penyumbang karbon signifikan dalam industri teknologi.

Dengan waktu kurang dari lima tahun menuju 2030, Apple mengakui bahwa fase tersulit masih ada di depan. Namun, perusahaan menegaskan komitmennya untuk tetap berada di jalur yang telah ditetapkan.

Lisa Jackson, Vice President of Environment, Policy, and Social Initiatives AppleLisa Jackson, Vice President of Environment, Policy, and Social Initiatives Apple Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

Net Zero, Bukan Nol Emisi Absolut

Menjawab pertanyaan apakah produk teknologi bisa benar-benar nol emisi, Lisa Jackson menegaskan bahwa net zero bukan berarti tanpa emisi sama sekali. Apple menargetkan pengurangan emisi secara maksimal, lalu menyeimbangkan sisa emisi dengan proyek penyerapan karbon berbasis alam.

Apple berinvestasi pada restorasi hutan, mangrove, dan padang rumput yang mampu menyerap karbon dari atmosfer. Salah satu wilayah yang dinilai krusial adalah hutan hujan Sumatra, yang disebut Jackson sebagai ekosistem penting bagi iklim global.

Apple juga bekerja sama dengan organisasi lingkungan untuk memantau dan melindungi kawasan hutan, termasuk memanfaatkan teknologi pemantauan deforestasi berbasis data dan citra satelit.

Relevansi untuk Indonesia

Bagi Indonesia, komitmen Apple ini memiliki dampak langsung dan tidak langsung. Selain peran hutan tropis dalam mitigasi perubahan iklim global, Apple juga menyoroti pentingnya keadilan energi-akses listrik bersih yang terjangkau bagi masyarakat dan pelaku usaha.

Apple 2030Apple berupaya menggunakan energi terbarukan. Foto: Apple

Apple menjalankan program Power for Impact, yaitu pembangunan fasilitas energi bersih berskala kecil seperti pembangkit surya untuk sekolah dan komunitas. Program ini bertujuan menunjukkan bahwa energi terbarukan dapat diakses dan memberikan manfaat ekonomi serta sosial.

Lisa sempat ditanya apa yang bisa dilakukan konsumen dan bisnis lokal untuk ikut mengurangi emisi. Dia menekankan bahwa kontribusi terhadap lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan besar.

Konsumen turut didorong untuk menggunakan perangkat lebih lama dan mendaur ulang produk lama melalui program resmi.

Sementara itu, bagi pelaku usaha dan UMKM, langkah sederhana seperti efisiensi energi, pengurangan limbah, dan pemanfaatan energi bersih dinilai bisa memberikan manfaat ganda-menekan biaya operasional sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

"Keberlanjutan bukan pengorbanan. Justru sering kali menghasilkan efisiensi yang lebih baik," ujar Jackson.




(afr/asj)