Manusia Rp 2.700 Triliun Sebut Jadi CEO Pengorbanan Seumur Hidup
Hide Ads

Manusia Rp 2.700 Triliun Sebut Jadi CEO Pengorbanan Seumur Hidup

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 19 Nov 2025 08:45 WIB
Jensen Huang
Jensen Huang (kanan). Foto: Yonhap
Jakarta -

CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan bahwa memimpin perusahaan seperti Nvidia adalah sebuah kehormatan, tapi juga menuntut seseorang untuk mengorbankan hidupny demi perusahaan dan para karyawannya.

Huang, yang memiliki kekayaan sekitar USD 165 miliar (Rp 2.700 triliun) menurut Bloomberg Billionaires Index, baru-baru ini memberi kuliah di University of Cambridge. Ia menceritakan bagaimana perjuangan orang tuanya meraih sukses di Amerika Serikat menjadi dasar etos kerjanya membangun perusahaan.

Huang bersama dua temannya, mendirikan Nvidia pada 1993 dan selama dua dekade terakhir menumbuhkan perusahaan itu hingga valuasinya lebih dari USD 4,6 triliun saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Ia meluncurkan Nvidia dari restoran Denny's tanpa rencana bisnis dan harus belajar kepemimpinan serta manajemen sambil berjalan. Mantra kesuksesannya sederhana: "Jangan bosan dan jangan sampai dipecat," ujarnya

Meski terdengar simpel, Huang memperingatkan bahwa kehidupan dengan kesuksesan ekstrem di industri teknologi yang sangat kompetitif tidak datang tanpa konsekuensi.

Ketika membahas mengapa ia dan bukan dua rekan pendiri lainnya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem yang akhirnya menjadi CEO, Huang mengatakan itu karena mereka tidak menginginkan pekerjaan itu.

"Menjadi CEO adalah pengorbanan seumur hidup. Banyak orang kira menjadi pemimpin itu soal memimpin, memegang kendali, berada di puncak. Tidak ada yang benar. Anda justru melayani perusahaan. Anda menciptakan kondisi agar orang lain bisa melakukan karya terbaik hidup mereka, Anda memberi inspirasi lewat contoh," sebutnya.

Huang terbuka mengenai etos kerjanya yang luar biasa dan komitmen yang ia harapkan dari karyawannya. Sebelumnya, CEO berusia 62 tahun itu mengatakan ia bekerja sejak bangun tidur hingga kembali tidur. Dalam wawancara tahun lalu, ia menambahkan bahwa ia bahkan tidak bisa menonton film tanpa memikirkan perusahaannya.

Ketika ditanya apakah label menuntut, perfeksionis, dan tidak mudah untuk bekerja dengannya akurat menggambarkannya, Huang mengatakan itu menggambarkannya dengan sempurna. "Memang seharusnya begitu. Jika Anda ingin melakukan hal-hal luar biasa, itu tidak boleh mudah," ujarnya.

Peran penting keluarga

Pengusaha Taiwan-Amerika itu mengaitkan tekad dan komitmennya dengan kedua orang tuanya. Ayahnya bertekad memastikan anak-anaknya besar di Amerika dan ibunya mengajarkan bahasa Inggris meski ia sendiri tidak bisa berbahasa Inggris.

"Orang tua ingin kami mengejar American Dream. Mereka tak punya banyak, hidup sederhana, dan pindah Amerika pada 1973 sangat sulit bagi kami, tapi entah bagaimana kami berhasil melewatinya. Saya pikir hidup dalam perjuangan, usaha keras, tak mengambil apapun sebagai hak pasti, harus kerja keras untuk mendapat sesuatu, itu adalah pelatihan CEO yang bagus," paparnya.

Keyakinannya untuk bisa berhasil berasal dari dukungan orang tuanya. Ibunya selalu mengatakan ia anak spesial. "Seringkali, jika orang memberi tahu bahwa Anda lebih baik, lebih hebat, lebih mampu dari yang Anda kira, Anda mungkin akan berusaha memenuhi ekspektasi itu," sebut Huang.




(fyk/afr)
Berita Terkait