Produsen chip dan para analis memperingatkan akan terjadinya kelangkaan chip memori yang bisa menghantam industri elektronik konsumen dan otomotif tahun depan. Perusahaan memprioritaskan permintaan masif dari ledakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
CEO Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), perusahaan chip kontrak terbesar di China, mengatakan bahwa kekhawatiran akan kekurangan chip memori membuat para pelanggannya menahan pesanan untuk jenis chip lain yang digunakan dalam produk mereka.
"Semua orang ragu untuk memesan terlalu banyak atau mengirim terlalu banyak di kuartal pertama tahun depan karena mereka tidak tahu berapa banyak ponsel, mobil, atau produk lain yang bisa dipasok industri chip memori," ujar Zhao Haijun, Co-CEO SMIC.
Kekhawatiran mengenai keterbatasan pasokan ini muncul karena produsen chip fokus pada chip memori canggih yang digunakan untuk komputasi AI, sementara produksi untuk produk konsumen mendapat porsi perhatian lebih kecil.
"Pengembangan infrastruktur AI benar-benar menyedot banyak pasokan chip yang tersedia, dan tahun 2026 diperkirakan akan jauh lebih besar daripada tahun ini dalam hal total permintaan," kata Dan Nystedt, wakil presiden riset di TriOrient, kepada CNBC yang dikutip detikINET.
Server AI terutama mengandalkan prosesor dari perancang chip seperti Nvidia. Prosesor AI ini sangat bergantung pada tipe memori bernama High-Bandwidth Memory (HBM), yang terbukti sangat menguntungkan bagi perusahaan memori seperti SK Hynix dan Micron.
Pemasok memori memburu sebanyak mungkin permintaan dari sektor AI karena margin yang biasanya tinggi. Perusahaan server AI pun bersedia membayar harga premium untuk chip kelas atas.
"Ini bisa sangat buruk bagi PC, laptop, elektronik konsumen, dan otomotif, yang bergantung pada chip memori murah," ujarnya.
Menghadapi keterbatasan pasokan, perusahaan memori dilaporkan telah menaikkan harga chip. Reuters melaporkan Samsung diam-diam menaikkan harga untuk beberapa chip memori hingga 60% dibandingkan harga pada September. Samsung belum memberikan komentar.
"Dengan harga memori yang meningkat dan ketersediaan yang menyusut, kekhawatiran akan hambatan produksi makin menguat," ujar M.S. Hwang, direktur riset di Counterpoint Research, kepada CNBC.
"Kekurangan pasokan ini sudah menyerang ponsel kelas bawah dan set top box, namun kami memperkirakan risikonya dapat meluas," tambahnya.
Konsumen bisa saja menanggung biaya akibat kelangkaan ini. Firma riset TrendForce memprediksi industri memori telah memasuki siklus kenaikan harga yang kuat, yang dapat memaksa perusahaan menyesuaikan harga ritel dan memberi tekanan tambahan pada pasar konsumen.
Simak Video "Video: Pakai AI untuk Kerja Malah Buang-buang Waktu, Kok Bisa?"
(fyk/fyk)