Jelang Konklaf Paus, Kapel Sistina Dimodif Jadi 'Bunker Rahasia'
Hide Ads

Jelang Konklaf Paus, Kapel Sistina Dimodif Jadi 'Bunker Rahasia'

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 06 Mei 2025 14:34 WIB
This photograph shows a view of the roof of the Sistine Chapel (Top) with statues of the colonnade in the foreground, following the funeral of the Pope and ahead of the conclave, in The Vatican, on May 2, 2025. (AFP)
Kapel Sistina di Vatikan. Foto: AFP
Jakarta -

Vatikan bersiap memilih pengganti Paus Fransiskus. Berbagai macam teknologi pun digunakan untuk mencegah kebocoran pemungutan suara kepausan yang sangat dirahasiakan.

Sidang konklaf dimulai Rabu besok waktu setempat, sekitar 16 hari setelah kematian Paus. Di Sistine Chapel atau Kapel Sistina di Vatikan, 135 kardinal dari seluruh dunia akan memberi suara untuk menentukan siapa yang mengambil alih kepemimpinan Gereja Katolik. Berikut berbagai macam persiapan yang digelar, dikutip detikINET dari Euro News, Selasa (6/5/2025)

1. Anti drone dan blokir sinyal

Saat pemakaman Paus Fransiskus, dilaporkan bahwa otoritas Italia memiliki bazoka anti drone untuk melumpuhkan drone yang mungkin muncul di atas Vatikan. Terindikasi bahwa perangkat itu dipadukan dengan teknologi seperti sistem jamming untuk mengganggu frekuensi dan komunikasi telepon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pengumuman terbaru, pemerintah Vatikan mengatakan semua sistem transmisi sinyal telekomunikasi untuk telepon seluler yang ada di wilayah Negara Kota Vatikan akan dinonaktifkan mulai pukul 15.00 sore pada tanggal 7 Mei.

"Sinyal akan dipulihkan setelah pengumuman pemilihan Paus tertinggi," kata mereka. Namun, penonaktifan sinyal tersebut tidak akan mencakup Lapangan Santo Petrus.

ADVERTISEMENT

2. Teknologi pencegah kebocoran informasi

Meskipun beberapa persiapan keamanan bersifat rahasia, kita dapat menengok apa yang dilakukan otoritas kepausan tahun 2013, saat Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus Fransiskus. Kapel Sistina akan jadi semacam bunker rahasia dengan keamanan super ketat.

Sebuah laporan Reuters tahun 2013 mengatakan para pekerja memasang lantai palsu di atas ubin di Sistine Chapel dengan pengacau elektronik untuk memblokir sinyal apapun yang keluar dari sana.

Pejabat Vatikan juga menyisir kapel dan wisma tamu tempat para kardinal menginap dengan pemindai anti penyadapan untuk memastikan tak ada mikrofon tersembunyi. Laporan surat kabar Italia La Stampa saat itu menyebut sebuah sistem juga dipasang di sekitar kapel untuk memblokir sinyal penyadap.

Sistem itu adalah semacam layar atau wadah logam yang menghalangi radiasi elektrostatik atau elektromagnetik apapun agar tidak masuk dari bagian luar.

Di 1996, Paus Yohanes Paulus II menetapkan aturan untuk melakukan pemeriksaan cermat oleh individu yang dapat dipercaya, untuk memastikan tidak ada peralatan audiovisual yang dipasang diam-diam untuk merekam dan mentransmisikan informasi keluar.

3. Sumpah kerahasiaan

Strategi antikebocoran lainnya adalah beberapa sumpah harus diambil oleh mereka yang terlibat. Staf, pejabat, dan konklaf harus menyatakan beberapa hari sebelum konklaf bahwa mereka tidak menggunakan pemancar atau penerima atau peralatan fotografi apa pun bahkan setelah pemilihan paus baru, kecuali diberi izin khusus.

Mereka berjanji menjaga kerahasiaan yang cermat mengenai segala sesuatu yang dibahas dalam pertemuan para kardinal, baik sebelum atau selama konklaf dan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemilihan Paus.

Selama konklaf, tak diperbolehkan mengirim surat, tulisan, atau apapun yang dicetak ke sesama kardinal maupun ke luar. Para anggota konklaf juga tak punya akses ke media selama diskusi. Siapa pun yang melanggar berbagai sumpah tersebut akan langsung dikucilkan Takhta Suci.

Mengambil sumpah tidak berarti bahwa informasi tentang proses tersebut tidak bocor. Contohnya pada tahun 2005, seorang kardinal Jerman membocorkan pemilihan Joseph Ratzinger sebagai paus kepada media Jerman.




(fyk/fay)
Berita Terkait