Waduh, Headphone Noise Canceling Dianggap Bisa Rusak Otak
Hide Ads

Waduh, Headphone Noise Canceling Dianggap Bisa Rusak Otak

Anggoro Suryo - detikInet
Selasa, 18 Feb 2025 13:15 WIB
Ilustrasi sakit telinga
Ilustrasi. Foto: Thinkstock
Jakarta -

Headphone ataupun earphone dengan fitur noise canceling kini sudah menjadi hal yang lazim. Namun sejumlah audiologist mengkhawatirkan fitur noise canceling ini bisa merusak otak penggunanya. Waduh!

Maksud merusak otak di sini adalah cara kerja sistem noise canceling ditakutkan bisa berdampak negatif pada kemampuan otak manusia dalam memproses suara secara efektif, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (17/2/2025).

Kondisi tersebut bernama auditory processing disorder (APD), yaitu kondisi di mana otak manusia menjadi kesulitan dalam mengenali suara dan percakapan, padahal kondisi pendengarannya normal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang yang mengalami APD ini kesulitan menentukan sumber suara ataupun sulit memfokuskan pendengaran pada suara tertentu dalam kondisi yang berisik.

APD biasanya terjadi karena kerusakan otak, infeksi telinga, atau neurodiversity. Namun sejumlah audiologist di Inggris yang diwawancara oleh BBC melaporkan adanya peningkatan kasus APD di remaja yang sama sekali tak mengalami berbagai hal tersebut.

ADVERTISEMENT

Teori yang mereka kembangkan mengarah pada penggunaan headphone atau earphone noise canceling secara berlebihan yang menjadi penyebab APD tersebut.

Salah satu kasusnya terjadi pada seorang wanita 25 tahun bernama Sophie. ia didiagnosa mengalami APD pada tahun 2024 setelah kesulitan untuk mendengarkan suara percakapan. Audiologistnya percaya kalau APD ini salah satunya disebabkan oleh kebiasaan Sophie menggunakan headphone noise canceling selama lebih dari lima jam per hari.

Bahkan, saat menonton video tanpa subtitle, ia kesulitan mendengarkan percakapan, yang menurutnya seperti orang sedang berbisik.

Menurut Claire Benton, VP dari British Academy of Audiology, kebiasaan "mengisolasi" diri dalam lingkungan yang bebas berisik selama masa krusial dalam pertumbuhan otak bisa berdampak pada pendewasaan kemampuan pendengaran yang kompleks.

Atau dengan kata lain, jika orang terlalu sering mendengarkan musik atau podcast -- tanpa suara berisik dari lingkungan sekitar, otaknya akan mulai melupakan bagaimana untuk "menghilangkan" suara berisik itu.

"Kemampuan mendengarkan tingkat tinggi yang lebih rumit yang terjadi di otak itu baru benar-benar selesai berkembang setelah akhir usia remaja," kata Benton.

Kemudian BBC pun mengutip sejumlah audiologist dari National Health Service (NHS) Inggris yang melaporkan peningkatan kasus remaja yang mengaku mengalami gangguan pendengaran, padahal saat diperiksa telinga mereka bisa berfungsi secara normal.




(asj/asj)
Berita Terkait