Ukraina Ingin Rudal Area Rusia, Konsekuensinya Bisa Mengerikan
Hide Ads

Ukraina Ingin Rudal Area Rusia, Konsekuensinya Bisa Mengerikan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 27 Sep 2024 08:45 WIB
United States and South Korean troops utilizing the Army Tactical Missile System (ATACMS) and South Koreas Hyunmoo Missile II, fire missiles into the waters of the East Sea, off South Korea, July 5, 2017. 8th United States Army/Handout via REUTERS/File Photo Acquire Licensing Rights
Rudal jarak jauh Amerika. Foto: 8th United States Army/Handout via REUTERS/File Photo Acquire Licensing Rights
Jakarta -

Ukraina ngebet agar Amerika Serikat dan sekutunya mengizinkan dipakainya senjata atau rudal jarak jauh menghantam wilayah Rusia. Jika dikabulkan, keputusan itu bagaikan pisau bermata dua.

AS memasok Ukraina dengan senjata jarak jauh seperti rudal balistik Army Tactical Missile System (ATACMS) yang bisa mencapai target 300 kilometer. Adapun Inggris dan Prancis mengerahkan rudal Storm Shadow, yang bisa menembak sasaran sejauh 550 kilometer. Keduanya dibatasi hanya bisa dipakai di area Ukraina yang diserang Rusia.

Namun belakangan ada indikasi AS dan sekutu mengiyakan permintaan Ukraina. Ukraina ingin menghancurkan pangkalan Rusia yang melancarkan serangan udara, sementara Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan serangan yang didukung Barat di wilayah Rusia akan menarik negara NATO ke dalam perang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dikabulkan, Ukraina memang akan lebih efektif dalam melawan Rusia. Rusia mengandalkan pangkalan-pangkalan di luar jangkauan rudal Ukraina untuk melancarkan serangan udara dan menimbun persediaan dalam jumlah besar di negaranya sendiri, memberi mereka keuntungan besar.

"Semakin Ukraina mampu menyerang target militer yang sah yang digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina, makin banyak aksi balasan yang harus diambil Rusia yang mengurangi efektivitas aksi militer Rusia," kata Fred Kagan, peneliti senior di American Enterprise Institute yang dikutip detikINET dari USA Today.

ADVERTISEMENT

Serangan jarak jauh ke areanya akan memaksa Rusia memindahkan basis militernya lebih jauh lagi. Akibatnya, jalur yang lebih jauh memperlambat penambahan kembali peralatan vital, dan waktu penerbangan lebih lama berarti jet tempur akan memiliki lebih sedikit waktu saat mencapai target.

Namun di sisi lain, risiko mengerikan juga mengintai saat eskalasi perang meningkat. Dokumen militer Rusia memperbolehkan penggunaan senjata nuklir di medan perang. Nah, kemungkinan Rusia mengerahkan senjata nuklir ini tak dapat diabaikan jika mereka terdesak.

"Ini artinya adalah negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa berperang dengan Rusia. Dan jika memang seperti itu, mengingat ada perubahan esensi konflik ini, kami akan membuat keputusan yang pantas sebagai tanggapan terhadap ancaman yang dihadapkan pada kami," kata Putin belum lama ini.

Kemudian, memasok Ukraina dengan senjata presisi berarti persediaan AS berkurang. Padahal senjata-senjata itu akan sangat dibutuhkan dalam konflik dengan Korea Utara, yang selalu mengancam, atau mungkin dengan China jika mereka menyerang Taiwan. Menurut sumber pejabat AS, terbatasnya jumlah rudal Barat di Ukraina mungkin tak sebanding dengan potensi biaya eskalasi.




(fyk/afr)