Heboh Trump Minta 'Jatah Preman' dan Sindir Industri Chip Taiwan
Hide Ads

Heboh Trump Minta 'Jatah Preman' dan Sindir Industri Chip Taiwan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 23 Jul 2024 17:05 WIB
UNITED STATES - JULY 17: Former President Donald Trump touches his injured ear during his podium check at the Fiserv Forum before the start of the session of the Republican National Convention in Milwaukee on Wednesday, July 17, 2024. (Bill Clark/CQ-Roll Call, Inc via Getty Images)
Foto: Bill Clark/CQ-Roll Call, Inc via Getty Images
Jakarta -

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang kembali maju Pilpres AS, berpendapat Taiwan harus membayar AS untuk ongkos pertahanan. Ia mengklaim bahwa negara tersebut tidak memberi apapun pada Amerika dan juga terlalu menguasai industri chip. Bagaimana tanggapan dari Taiwan atas kehebohan ini?

"Taiwan tidak memberi kami apa pun," cetusnya baru-baru ini. Tak hanya itu, Trump juga gelisah dengan dominasi Taiwan di industri chip, khususnya oleh perusahaan TSMC yang memasok ke raksasa teknologi seperti Apple dan Nvidia.

"Mereka mengambil hampir 100% industri chip kita, saya memberi mereka penghargaan untuk itu. Kita seharusnya tidak membiarkan hal itu terjadi," imbuh Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah pernyataan Trump, harga saham TSMC yang sudah terlanjur anjlok, semakin merosot. Chairman TSMC, CC Wei mengatakan kepada investor pada konferensi hari berikutnya bahwa perusahaan akan tetap mengikuti rencana ekspansi di AS, Jepang, dan Jerman, terlepas dari ketegangan geopolitik.

Perdana Menteri Taiwan Cho Jung-tai berterima kasih kepada AS atas dukungannya dan mengatakan hubungan tetap solid. Cho menambahkan pemerintah Taiwan akan melanjutkan kebijakan yang menunjukkan mereka memikul tanggung jawabnya sebagai anggota komunitas internasional.

ADVERTISEMENT

"Tidak tepat jika mengatakan Taiwan tidak memberikan apa pun," kata Huang Kwei-bo, profesor diplomasi Universitas Nasional Cheng Chi Taipei. "Selama beberapa dekade, Taiwan membayar harga pasar untuk sistem persenjataan utama dari Amerika Serikat, satu-satunya pemasok Taiwan," ujarnya.

Huang mengakui bahwa pemerintahan Biden pada tahun 2023 melanjutkan sejumlah bantuan keuangan militer, tapi dalam jumlah yang sangat terbatas ke Taiwan.

Joann Ko, anggota parlemen berpengaruh dari partai oposisi Kuomintang (KMT), terkejut mendengar Trump. "Saya pikir kami membayar cukup. Tentu kami bersedia mendiskusikan perubahan, dan kami sangat menghargai hubungan baik dengan AS. AS dipersilakan memberi saran, dan kami akan menanggapi tiap usulan dengan serius. Namun saya tak setuju dengan komentar tersebut," cetusnya.

Namun, ada juga suara di Taiwan yang sepakat dengan sentimen Trump. Ross Feingold, komentator politik dan mantan ketua Republicans Abroad di Taipei, mengatakan baik dari persentase pengeluaran tahunan pemerintah ataupun PDB, pengeluaran Taiwan untuk pertahanan jauh lebih sedikit dari seharusnya.

"Mengingat risiko yang dihadapi Taiwan semakin meningkat, jumlah yang dibelanjakan Taiwan jelas tidak cukup dan Presiden Trump benar dalam menyatakan hal ini," ujarnya.




(fyk/fay)