Xiaomi telah memasuki pasar mobil listrik dengan SU7 yang terlihat seperti Porsche tapi harganya lebih murah dari Tesla. Hanya dalam waktu 24 jam setelah peluncurannya akhir Maret, SU7 meraup 90.000 pesanan, memicu lonjakan harga saham Xiaomi sebesar 8,97% di Bursa Efek Hong Kong.
Dengan investasi USD 10 miliar, Xiaomi tampaknya siap melaju ketika Apple gagal. Seperti diketahui, baru-baru ini Apple menyetop proyek kendaraan listrik. Akan tetapi, Xiaomi memasuki industri otomotif di tengah perlambatan global dalam penjualan.
"Selama tiga tahun saya mengembangkan mobil ini, saya belajar bahwa pembuatan kendaraan sangatlah menantang. Bahkan Apple, raksasa di industri ini, menyerah," kata pendiri dan CEO Xiaomi Lei Jun saat peluncuran SU7, dikutip detikINET dari El Pais.
Baca juga: Pendiri Xiaomi Jadi Ancaman Besar Elon Musk |
Tesla memperkirakan pertumbuhan penjualan berkurang tahun 2024 dibanding 2023, dan melaporkan pengiriman anjlok 8,5% dari Januari hingga Maret tahun ini. Penjualan kendaraan listrik di Eropa mengalami peningkatan 17,4% bulan Februari, namun tingkat pertumbuhan itu melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jerman mengalami penurunan penjualan mobil listrik lantaran pemerintah mencabut insentif konsumen. Di China, penjualan kendaraan listrik diperkirakan meningkat sebesar 25% tahun ini, turun dari 36% pada tahun sebelumnya dan 96% pada tahun 2022.
Pertumbuhan pasar melambat karena masuknya pemain baru. Perusahaan China seperti BYD dan SAIC Motor mulai berekspansi ke luar China. Mengingat prospek yang suram, raksasa Eropa seperti Renault dan Volkswagen mundur dari rencana mereka go public dengan divisi mobil listrik dan divisi perangkat lunak mereka.
Kedua perusahaan juga menjajaki kemungkinan bermitra memproduksi kendaraan listrik senilai 20.000 euro untuk bersaing dengan merek China yang sedang diawasi Komisi Eropa karena dugaan subsidi pemerintah yang ilegal. Subsidi ini, serta biaya energi dan tenaga kerja yang lebih rendah, memungkinkan perusahaan-perusahaan Asia menawarkan kendaraan listrik terjangkau dibandingkan perusahaan Eropa.
"Dalam beberapa tahun terakhir, kekuatan ekonomi besar bertujuan untuk menciptakan skala ekonomi dengan mensubsidi produksi baterai secara langsung kepada perusahaan atau secara tidak langsung kepada konsumen untuk mendorong adopsi," kata Clément Inbona, fund manager di Perancis.
"Dengan semua distorsi pasar ini, China, Amerika Serikat, dan Eropa saling tuduh melakukan dumping. Baru-baru ini, Menteri Keuangan Janet Yellen menyuarakan kekhawatiran mengenai kelebihan kapasitas China dan dampak globalnya," tambahnya.
(fyk/jsn)