Vision Pro adalah headset realitas campuran (mixed reality) terbaru dari Apple yang diluncurkan pada awal tahun 2024. Perangkat ini menawarkan pengalaman immersif yang menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual.
Beberapa pengembang di Asia Tenggara mulai berlomba-lomba untuk menciptakan aplikasinya untuk Vision Pro. Mereka yakin platform VisionOS bakal menjadi tren ke depannya.
Hanya saja menciptakan aplikasi untuk Vision Pro bukan perkara mudah. Pasalnya VisionOS masih baru, perangkatnya pun baru dijual terbatas di Amerika Serikat.
Tapi untungnya dengan kehadiran Apple Developer Center di Singapura. Sehingga para developer bisa mewujudkan aplikasi mereka di dunia mixed reality.
Lykee Studio
Lykee Studio yang berbasis di Thailand baru saja merilis Stitch. di Vision Pro. Game ini sempat mendapatkan Apple Desain Awards tahun lalu.
Jakob Lykkegaard, Founder Lykke Studio, menjelaskan proses mengembangkan aplikasi untuk Vision Pro berbeda dengan iPhone maupun iPad. Saat ini pengguna melihat lewat layar 2D dari satu sudut saja.
Dan pengembang telah menentukan dengan tepat sudut pandang bagi pengguna. Sementara di Vision Pro, orang dapat melihat dari berbagai sisi dan dibuat lebih interaktif.
"Pemain akan mulai menyentuh elemen-elemen di sekitarnya, sehingga interaksinya benar-benar berbeda. Jadi, kita perlu menganggapnya lebih sebagai pengalaman seluruh tubuh. Ini lebih mirip dengan ketika kami mengembangkan ARKit, karena augmented reality, Anda dapat bergerak untuk berinteraksi," papar Jacob.
Demi menghadirkan Stitch di Vision Pro, Jakob Lykkegaard, Founder of Lykke Studio, musti terbang ke Amerika Serikat untuk minta 'bimbingan' ke para ahli di Apple Developer Center di Cupertino, California. Pasalnya platform Vision Pro benar-benar baru bagi Unity Engine yang mereka gunakan.
"Developer Center benar-benar membantu kami untuk lebih terhubung dengan mitra platform kami dan juga dengan Apple. Kami bisa meminta masukan untuk produk terbaru dan mencari cara terbaik untuk merancang dan mengembangkannya," ujar Jakob.
Dia menyambut baik bukanya Apple Developer Center di Singapura. Dia bisa menghemat waktu dan dana karena tak perlu terbang ke Negeri Paman Sam.
"Pembukaan Developer Center Apple yang baru rasanya seperti membawa bagian penting dari Cupertino menjadi lebih dekat dengan kami. Hal ini membuka lebih banyak peluang bagi para pengembang di wilayah ini; peluang yang sebelumnya jauh lebih sulit diakses di luar Apple Park." kata Jakob.
Kendati penerbangan Bangkok ke Singapura hanya 1,5 jam, dia tetap berharap Apple membuka Developer Center di wilayahnya.
"Saya masih mencoba meyakinkan Apple untuk membuka Developer Center di Phuket. Ini akan sangat menyenangkan," ucapnya semangat.
(afr/afr)