Rusia Lancarkan Serangan Elektronik ke Negara NATO
Hide Ads

Rusia Lancarkan Serangan Elektronik ke Negara NATO

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 02 Feb 2024 10:44 WIB
FORT LAUDERDALE, FL - MARCH 07:  Lt. Mike Baute from Floridas Child Predator CyberCrime Unit talks with people on instant messenger during the unveiling of a new CyberCrimes office March 7, 2008 in Fort Lauderdale, Florida. One of the people on the other side of the chat told Lt. Baute, who is saying he is a 14-year-old girl, that he is a 31-year-old male and sent him a photograph of himself. According to current statistics, more than 77 million children regularly use the Internet. The Federal Internet Crimes Against Children Task Force says Florida ranks fourth in the nation in volume of child pornography. Nationally, one in seven children between the ages of 10 and 17 have been solicited online by a sexual predator.  (Photo by Joe Raedle/Getty Images)
Foto: Gettyimages
Jakarta -

Rusia mungkin berada di balik lonjakan serangan jamming terhadap negara-negara tetangga anggota NATO. Menurut Jenderal Senior NATO, tujuannya adalah untuk eksperimen sistem mereka dalam mengantisipasi kemungkinan perang.

Martin Herem, komandan Pasukan Pertahanan Estonia, mengatakan pada Bloomberg telah terjadi peningkatan gangguan sinyal GPS sejak tahun lalu. Lonjakan serangan itu muncul di wilayah yang meliputi Finlandia, Polandia, dan wilayah Laut Hitam. "Saya pikir mereka sedang belajar dan menguji," katanya.

Dugaan Herem adalah bahwa Rusia sedang menguji sistem peperangan elektroniknya di negara-negara tetangga untuk mengantisipasi konfrontasi di masa depan dengan NATO.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rusia telah menunjukkan kemampuan peperangan elektroniknya di tempat lain, tidak hanya di Ukraina dan negara-negara Baltik. "Mereka pastinya cukup kuat dalam hal ini," kata Herem yang dikutip detikINET dari Insider.

Peperangan elektronik akan menjadi faktor besar dalam skenario mimpi buruk konflik antara Rusia dan NATO. Menurut Institute for the Study of War, serangan elektronik Rusia begitu intens sehingga gangguan GPS dilaporkan terjadi di Polandia pada 10 dan 16 Januari, dan di selatan Laut Baltik antara 25 dan 27 Desember.

ADVERTISEMENT

Joakim Paasikivi dari Universitas Pertahanan Swedia mengatakan saat itu bahwa gangguan di negara-negara tetangga itu mungkin disebabkan Rusia. "Saya yakin ini adalah bagian dari aktivitas pengaruh Rusia, atau yang disebut perang hibrida. Ini mungkin cara Rusia menabur ketidakpastian dan menunjukkan kekuatan," katanya.

Finlandia mengatakan Rusia kemungkinan besar bertanggung jawab atas gangguan tersebut. Menurut Space Watch Global, Rusia sedang berupaya menciptakan serangkaian alat peperangan elektronik untuk mengganggu komunikasi satelit.

Ini termasuk R-330Zh Zhitel, stasiun komunikasi jamming yang dipasang di truk, dan Bylina-MM, sistem yang dirancang untuk menekan satelit komunikasi. Mereka menggunakan transmisi daya tinggi dari antena yang dipasang di truk untuk membanjiri receiver yang disetel ke frekuensi satelit.

Pakar perang antariksa mengatakan peningkatan gangguan adalah upaya Rusia memutus akses Ukraina ke satelit Starlink milik Elon Musk. Meski jammer Rusia belum memutus akses Ukraina ke satelit Starlink, mereka telah membuat pasukan drone Ukraina jadi kurang efektif sehingga memaksa operator bergerak lebih dekat ke target di garis depan.

Sebagai tanggapan, pasukan Ukraina menghancurkan sistem elektronik Tirada dan "Leer-2" bulan Juli lalu, sistem perang elektronik "Pole-21", dan Svet-KU pada bulan November 2023. Ukraina juga menyerang sistem penyerang radio elektronik portabel Tirada-2.




(fyk/fyk)