Sutradara film '13 Bom di Jakarta' Angga Dwimas Sasongko mengatakan teror bom di Tangerang jadi inspirasi utama jalan cerita. Peristiwa yang dimaksud adalah ancaman bom di Mal Alam Sutera yang terjadi pada 2015 silam oleh Leopard Wisnu Kumala.
"Tersangka mau melakukan pemerasan. Pengakuan tersangka, dia butuh uang, lakukan pemerasan, belajar dari internet dia punya ide dan rencana teror," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes saat itu, Krishna Murti, kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Pemerasan dilakukan melalui dua email ke pengelola mal. Awalnya dikira ancaman teror biasa, namun pada ancaman kedua, ledakan bom terjadi di mal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun jumlah Bitcoin yang diminta Leopard adalah 100. Saat itu, 1 Bitcoin bernilai Rp 3,2 juta yang berarti 100 Bitcoin setara dengan Rp 320 juta.
Meski pada awalnya pelacakan email gagal dilakukan, identitas Leopard tetap terpecahkan. Kesulitan terjadi karena Leopard adalah ahli IT dan menyiapkan berbagai sistem anonymous serta tidak terdeteksi.
Leopard merupakan lulusan Diploma STIKOM Insan Unggul jurusan Informatika komputer pada Fakultas Manajemen Informatika. Pada curriculum vitae-nya, tersangka mengaku bisa mengoperasikan jaringan internet, membuat dan mendesain eebpahe menggunakan teknologi HTML.5, ASP.NET, MVC, CSS3. Kariernya di bidang IT dimulai sejak tahun 2009, tepatnya 4 tahun setelah lulus kuliah, pada sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang IT.
Motif di Balik Teror Bom
Leopard meletakkan bom aktif dengan tujuan pemerasan. Walaupun mengaku sempat takut setelah bom meledak, dia tetap melanjutkan aksi untuk memeras pihak manajemen mal.
Pemerasan dilakukan dengan motif terlilit hutang. Leopard mengaku memiliki hutang sebesar Rp 20 juta dan kesulitan melunasinya.
"Tersangka berharap mendapatkan uang dari pihak manajemen untuk menutup semua utang-utangnya yaitu cicilan rumah, cicilan sepeda motor, cicilan utang di bank dan kartu kredit," papar Kabid Humas Polda Metro Jaya saat itu, Kombes Mohammad Iqbal.
"Tersangka juga didesak oleh istrinya untuk segera membeli mobil seperti saudara-saudaranya," lanjutnya.
Apakah 100 Bitcoin itu kemudian diserahkan kepada Leopard? Tentu saja tidak. Menurut pengakuan dari Leopard, pihak mal hanya mengirimkan 0,25 Bitcoin atau sekitar Rp 700-an.
(ask/ask)