Israel terus melakukan serangan bom brutal ke Gaza, menimbulkan korban jiwa hampir 20 ribu orang. Para peneliti memperkirakan setidaknya sepertiga perumahan di Gaza rusak atau hancur.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sudah lebih dari 18.700 warga Palestina meninggal dan 50.500 orang terluka. Sekitar 90% penduduk meninggalkan rumah mereka dan menghadapi kekurangan pangan, masalah sanitasi, tempat penampungan yang penuh sesak, serta penyebaran penyakit.
Tetapi tujuan Israel mengalahkan Hamas belum juga tercapai. Israel salah berasumsi bahwa serangan udara besar-besaran dan pertarungan darat dapat mengalahkan militansi yang menyatu dengan masyarakat. Faktanya, kata para ahli, kemungkinan besar taktik ini hanya akan menciptakan lebih banyak kombatan dan menguntungkan Hamas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anggapan bahwa hukuman kolektif akan meyakinkan penduduk Gaza untuk mendorong Hamas datang ke meja perundingan dengan Israel tidak akan terjadi," kata Paul Poast, profesor keamanan internasional di Universitas Chicago yang berspesialisasi dalam keamanan internasional.
"Bahkan mereka bisa menggunakan tindakan (brutal Israel) ini untuk mengatakan, 'Lihat, ini adalah siapa yang kita hadapi. Kita sedang berurusan dengan Israel. Kami sudah lama mengatakan bahwa mereka tidak peduli dengan kalian dan lihatlah," tambahnya.
Sejauh ini, upaya Israel belum membuahkan hasil yang diharapkan. Para pemimpin utama Hamas masih bersembunyi di terowongan mereka yang luas atau di antara 1,9 juta pengungsi. Militer Israel mengklaim telah membunuh 5.000 militan Hamas, atau hanya sekitar 16% dari sayap bersenjata Hamas.
Pemboman besar-besaran tidak meruntuhkan miltansi pejuang Hamas ataupun warga Gaza. Israel tidak belajar dari yang terjadi di Perang Dunia II, ketika Sekutu mulai mengebom kota-kota di Jerman.
Kekeliruan umum dari "pemboman habis-habisan" adalah bahwa banyaknya kematian dan kehancuran menciptakan titik puncak di mana masyarakat terpecah belah dan menolak untuk mendukung pemerintah atau menggulingkannya.
Di Jerman Nazi, Sekutu melakukan kampanye pengeboman yang menghancurkan 92 kota besar dan kecil dengan tujuan mengobarkan pemberontakan terhadap Adolf Hitler dan menurunkan keinginan Jerman untuk berperang.
"Hal itu tidak pernah terjadi, dan Wehrmacht berjuang keras hingga akhir," kata Robert Pape, profesor dan pakar kekuatan militer di Universitas Chicago.
"Tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa pembunuhan warga sipil Jerman pada Perang Dunia II oleh pemboman Sekutu mempercepat berakhirnya perang. Hal ini tidak menimbulkan dampak politik dan, jika ada, justru memperkuat moral para pejuang Jerman," papar dia yang dikutip detikINET dari Insider. Itulah pula yang dinilai terjadi di Gaza.
(fyk/fyk)